Pachinko (Book Review)
Judul Buku: Pachinko
Penulis: Min Jin Lee
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 576 halaman
Tahun terbit: 2019
dok: pribadi |
kiri: cover lama ; kanan: cover baru |
Hello Readers, Assalamualaikum!
Saya baru saja menamatkan sebuah buku fiksi sejarah
yang sangat menarik dan berkesan buat saya. Saya membaca e-book Pachinko ini dari
aplikasi Gramedia Digital; jadi resmi ya, no nyolong-nyolong. Novel ini
menceritakan tentang kehidupan sebuah keluarga Korea selama 80 tahun dan 4
generasi. Dimulai pada masa kolonisasi Jepang atas Korea hingga tahun 1989. Ringkasnya,
kehidupan sebuah keluarga Korea di Jepang pada masanya.
Tokoh utama dalam novel ini bernama Kim Sunja, perempuan
Korea, pada saat di muka bumi ini hanya ada 1 Korea. Lalu ia pindah ke Jepang
dan meneruskan hidupnya melalui semua masa sulit dan (akhirnya mulai) lapang di
negara itu.
Baca Juga: Kim Ji Yeong; Lahir Tahun 1982
Novel ini banyak mengangkat tentang diskriminasi dan
prasangka buruk yang dialami oleh warga Korea di Jepang. Beberapa bertahan dan nampak
baik-baik saja, tetap menerima kehidupan yang keras sebagai makanan sehari-hari
yang mau tidak mau harus mereka telan. Noa, anak pertama Sunja menekankan pada
dirinya dan adiknya, “Orang Korea tidak boleh berbuat kesalahan”, karena orang
Korea yang baik saja sudah dianggap buruk, apalagi yang tidak baik. Tapi menurut
tokoh yang lain, “Tidak penting menjadi Orang Korea yang baik, karena sama saja
akan dianggap buruk juga”. Syedih ya Gais…
Selain diskriminasi dan prasangka, saya juga
menggarisbawahi tentang identitas dan penerimaan diri. Bagi orang-orang
tertentu, memiliki identitas yang jelas dan tidak membawa aib nampaknya sangat
menjadi isu, sehingga ia tidak takut menghilangkan nyawanya hanya karena tidak mendapatkannya.
Namun bagi sebagian yang lain, yang pasrah menerima dirinya, latar belakangnya
yang tidak bisa ia ubah sebagai takdir yang harus diterima, bisa hidup dengan lebih
baik. Orang golongan kedua ini fokus membangun masa depannya dan tutup kuping
pada omongan orang-orang yang tidak perlu. Dia hanya perlu membuktikan dirinya
berhasil, bisa mengangkat kehidupan keluarganya, dan membangun masa depan yang
cerah untuk anak keturunannya.
Menurut saya novel ini sangat kaya. Mulai dari alur
dan tokohnya yang saya ga bisa nebak bakal gimana, juga kaya secara emosional;
saya bisa merasa degdegan, happy, sedih, haru, kecewa, penasaran, marah, sakit
hati, ga bisa terima, dan pasrah—selama membaca buku ini. Warbyasa kan? Selain itu,
buku ini juga sangat kaya informasi, baik fakta sejarah yang objektif maupun
subjektif berdasarkan persepsi para tokohnya. Ternyata dalam pembuatan novel
ini, penulis memang melibatkan riset panjang yang tidak main-main lho. Sebagai penggemar
bacaan sejarah, buat saya buku ini jempol banget!
Bahasa novel ini kaku menurut saya, mungkin karena ini
terjemahan, meskipun banyak juga karya terjemahan yang tidak kaku sih. Tapi karena
ceritanya menarik, saya suka sekali membacanya, apalagi ketika baru menyadari di
tengah cerita, kalau buku ini tebalnya lebih dari 500 halaman. Hepi banget,
berarti selesainya masih lama wkwkwkwk…
Penulis menggunakan sudut pandang orang ketiga, alias
penulis sebagai ‘tuhan’ yang mengetahui segalanya, bahkan isi hati semua
tokohnya. Buat saya cerita setebal ini isinya daging semua. Semua tokohnya
penting, sedikit sekali nama yang jadi ‘figuran’ sepanjang kisah ini. Sebelum menyelesaikan
membaca, saya sudah merasa puas, dan alhamdulillah tetap puas sampai menemukan
ending cerita ini. Selamat Min Jin Lee! (sok kenal)