Disclaimer:
Artikel ini tidak ada hubungannya dengan berita selebriti yang dikabarkan menggugat cerai suaminya, meskipun selama ini mereka nampak begitu harmonis.
Menjalani beberapa tahun pernikahan yang baru seumur jagung,
rasa-rasanya banyak sekali pelajaran yang saya dapat. Bisa dari interaksi
dengan pasangan, dengan keluarga, mertua, tetangga, juga pelajaran-pelajaran
yang dibagi langsung oleh teman-teman. Tahun lalu saat menjelang anniversary, isu
yang saat itu santer di saya adalah tentang komunikasi dan penyelesaian konflik. Gara-garanya, ada sahabat yang cerita
tentang sepasang suami istri yang sudah tak lagi muda, sudah punya cucu bahkan,
yang sedang memikirkan kemungkinan perceraian mereka.
What?
Iya, ingin bercerai setelah puluhan tahun hidup bersama, membangun
semuanya bersama. Konsultasi dengan psikolog, ketika digali ternyata ada
konflik-konflik yang belum selesai yang sudah terpendam lamaaaaaaaa sekali dan
tidak selesai. Sampai akhirnya salah satunya tak sanggup memendam lagi dan
byaaaaarrr meledak lah. Masalah puluhan tahun lalu kembali muncul saat usia
sudah tak lagi muda. Syedih syekali mendengarnya akutu... dan ternyata, saya
menemukan masalah seperti itu tidak hanya dialami oleh 1-2 pasangan saja.
Jadi setelah itu saya berkeras untuk menyelesaikan setiap
masalah yang ada dengan pasangan. Bahkan sampai hal-hal yang bisa dibilang
sepele. Pokoknya semua harus sampai plong!
dan kedua pihak merasa senang kembali. Selain itu saya dan suami juga berusaha
mencari cara komunikasi yang nyaman dan sehat. Butuh waktu banget ya ternyata
hahaha, apalagi kalau kita dan pasangan datang dari budaya dan keluarga yang
sangat berbeda, journey-nya emejing
pisan!
Terus, beberapa waktu lalu, menjelang anniversary berikutnya,
saya mendapatkan lagi sebuah insight yang sangat mendalam. Buat saya, dan buat
seorang teman yang sedang mempersiapkan pernikahan, ketika saya berbagi
pengalaman *tsailah. Bahwa dalam kehidupan berumah tangga itu, kita harus mudah memaafkan, dan mudah pula meminta maaf.
Bagaimana tidak, kalau kita berinteraksi sangat intens
dengan seseorang, kita pasti tau luar dalam dan baik buruknya kan. Kalau kitanya
lagi waras sih no problemo lah sama kesalahan-kesalahan sepele ya gak.. tapi kadang,
kalau hati sedang tidak lapang, kesalahan kecil pasangan saja bisa jadi pemicu
masalah. Apalagi kalau kesalahannya besar. Misal, dia ga nyimak saat kita
cerita (itu aja masalah besar Far?
Haha bisa jadi iya). Kzl banget kan... tapi coba deh maafkan, tanpa
harus dimintai maaf terlebih dahulu. Pasangan kita manusia, yang pasti punya
salah. Sama. Kita juga pasti punya salah sama dia kok.
Waktu saya mengutarakan soal memaafkan ini, teman saya ini
memperjelas (atau bertanya), “Memaafkan ya, bukan melupakan?” Iya, harus
memaafkan. Kalau melupakan, bisa jadi suatu saat teringat lagi, sakitnya masih
berasa, bisa konflik lagi. Kalau sudah memaafkan, suatu saat ingat lagi, in sya
Allah sudah ga sakit lagi. Selesai masalahnya.
Kalau kita tidak mudah memaafkan, coba pikir, mau seberapa
banyak beban hati yang dipendam untuk kesalahan-kesalahan pasangan? Seberapa kuat
nahan diri? Coba ingat, kita kan hidup dengan pasangan bukan hanya mau
seminggu-2minggu, setahun- 2 tahun. Tapi maunya sampai maut memisahkan kan? Jadi
ya udahlah, hidup ini sebentar, dibikin asik aja... kalau memang ada masalah
yang berat untuk langsung memberi maaf, ya bicarakan saja baik-baik. Selesaikan.
Nah balik lagi ke awal bahasan deh.
Kemudian tentang mudah meminta maaf.
Sebagaimana kita tahu betul baik buruknya pasangan, demikian
pula pasangan, tahu betul baik dan buruknya kita. Ya sudahlah, namanya juga
manusia, tidak ada yang sempurna dan ga punya salah. Apalagi, jujur saja, orang yang paling mungkin untuk sering kita
zalimi adalah orang yang paling dekat dengan kita, which is, pasangan kita.
Tentunya tidak disengaja. Tapi logikanya ketika sudah berusaha jadi orang baik
di lingkungan sosial, behave yang
sopan dan proper di depan orang lain dan
keluarga, ketika kita lelah dan tak kuasa lagi mengontrol perilaku kita,
biasanya sudah saatnya beristirahat di akhir hari, di rumah. Di rumah ada
siapa? Ya pasangan. Kennna deh. Hahaha..
Oleh karena itu, jangan gengsi untuk minta maaf. Meskipun pada
suatu saat kita meyakini kita yang benar, kalau dia belum minta maaf, cobalah
katakan maaf lebih dulu, besar kemungkinan dia juga akan mengikuti, bilang maaf
juga. Maaf, paling tidak karena telah membuat suasana hatimu tidak
nyaman. Apalagi kalau kita yang salah.
Apa kata stiker-stiker di belakang motor orang-orang? Yang w****
ngalah *eh. Maksudnya, siapa yang eling duluan ya minta maaf saja tho... Sekali
lagi, Hidup cuma sebentar, ga usah dibikin ribet. Mending sibuk nyiapin akhirat
yang pasti jauh lebih lama.
Jadi begitulah, beberapa hal yang saya dapat dan saya anggap
penting untuk dibagi selama 2 tahun terakhir ini terkait dengan kehidupan rumah
tangga. Mudah-mudahan bermanfaat ya! Terima kasih sudah membaca.
Assalamualaikum!
Baca Juga: Ruang-Ruang Hati
No comments:
Post a Comment