Assalamualaikum!
Pernah ga, dengerin curhat orang yang punya masalah, jenguk
orang sakit, atau baca berita di media atau medsos, terus merasa, masalah gua ga ada apa-apanya, pernah?
Saya sering. Semua setuju lah ya, namanya orang hidup pasti punya masalah dan
keberuntungannya masing-masing. Mau di upload atau ga di upload, semua pasti
punya. Hehehe...
Suatu hari, saya memandang sahabat saya; masih muda,
shaleha, cantik, bergelar Master. Saya bilang, “Aku pengen kayak kamu deh
Path”. Dia menjawab dengan suatu pernyataan yang, membalik persepsi saya
terhadap dunia 180 derajat, yang jadi inti dari tulisan ini. Dia bilang,
“Masa kak? Aku malah pengen di posisi Kakak.”
Jeger! Posisi. Iya, seringkali kita menginginkan seandainya
ada di posisi orang lain yang nampak lebih bahagia dari kita. Enak ya jadi si Anu. Sempurna banget ya
hidupnya. Lu ga tau aja masalah gue.
Enak banget ya punya kerjaan kayak dia. Bos gue parah banget ngasih tugas
ga pernah ngukur, cuti ga dikasih-kasih. Enak
banget sih kamu besok masih libur. Di saat banyak orang menginginkan besok
masuk dan memiliki pekerjaan....
Tanpa kita sadar, ga sedikit lho orang yang ingin ada di
posisi kita. Setidak-ideal apapun kondisi kita saat ini, ketahuilah selalu ada orang yang menginginkan posisi itu. Kalau ada orang miskin ingin seperti orang kaya yang berlimpah harta, jangan salah, ada pula orang kaya yang ingin ada di posisi si miskin yang sederhana, yang hidupnya tidak serumit hidup si kaya. Terus, kenapa kita ga syukuri saja posisi kita? Ini tuh mirip sama
rumput tetangga; selalu lebih hijau.
Tidak akan membuat rumput di halaman kita sehijau miliknya, dan kebanyakan malah
membuat hati makin susah, meratapi apa yang tidak kita punya.
Setelah perbincangan singkat namun mendalam di atas, saya
menyadari, bahwa sayalah orang paling bahagia di dunia ini. Saya menerima
posisi saya saat ini dengan ikhlas, menginsyafi semua hal baik yang saya
miliki, yang dimiliki orang-orang di sekitar saya, dan memang rasanya ada banyak
sekali kebaikan yang saya dapatkan dalam hidup saya. Alhamdulillah.
Lama-lama, saya jadi terbiasa menggali sisi positif dari
apapun yang saya lihat dan alami sehari-hari, meskipun awalnya mungkin nampak
tidak enak. Nikmat yang biasa terlewat begitu saja, jadi terasaaaa sekali
sebagai nikmat dari Yang Maha
Pemberi. Percaya deh.
Maka sejak itu, saya tak pernah lagi mupeng dengan postingan
bahagia orang-orang yang memiliki apa yang tidak saya miliki; karena saya tau,
mereka pun punya masalah, tapi saya lah orang paling bahagia di muka bumi.
Mmmhh... atau mungkin kamu? Iya, kamu!
Yaaa boleh aja sih :)
Yaaa boleh aja sih :)
Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS: Ibrahim: 7)
Baca Juga: Tanjung Bara! The Private Heaven
Inget jaman dulu pas maba. Sering disinggung soal "cobain deh naik kereta ekonomi". Di situ kalo mau realita negeri ini. Dan bener dong, dari mulai yang jualan jeruk, tahu, pengharum ruangan, pengamen, bahkan tukang nyapu2, ada semua. Itu bikin jadi sering bersyukur banget di tengah kampus yang makin kesini parkiran mobilnya makin penuh. Hehehehee.. sekarang udah ga ada lagi pemandangan kayak gitu di KRL. Udah digusur2in juga toko2 favorit sekitar stasiun. Pertanda jangan sering2 nostalgia dan hatus visioner. Hahaa
ReplyDeletehe euh ra, kok aku juga dinasihatin hal yang sama ya? haha.. Tapi bisa jadi mereka yang dulu berjuang cari nafkah di kereta ekonomi itu lebih bahagia lho daripada penumpangnya yang sedang belajar untuk bersyukur itu.. hihihi..
ReplyDeleteKata 'pengen bangeettt kayak si anu' ato 'jadi dia tuh enak yaa' kadang kala malah jadi hal ndak enak banget, terbebani yaa kak :(
ReplyDeleteMatur nuwun sharingnya kak, semoga kita terus menerus jadi umatt yg pandai bersyukur yaa ❤️💜