Alhamdulillah akhir-akhir ini kepedulian umat Muslim
terhadap kehalalan makanan meningkat, meskipun belum semuanya peduli. Makanan halal
itu urgent! Bukan penting lagi. Dan thayyib (baik, sehat) tentu saja.
Tapi sejujurnya saya agak terganggu sih dengan orang-orang
yang menurut saya berlebihan dalam menyikapinya. Misal ada isu restoran tertentu
mengandung bahan yang haram. Setelah diinvestigasi, lembaga ulama yang
berwenang memutuskan hal itu tidak terbukti. Dan menegaskan kembali status
kehalalannya. Tapi orang-orang tertentu bersikap, mending ga usah lah, ragu. Iya,
menurut saya itu berlebihan. Kan sudah ada lembaga berwenang yang menyatakan
kehalalannya. Ditegaskan kembali pula. Kalau menurut saya tanggung jawab kita ya
sebatas memastikan ada fatwa halal. Soal apakah ada sesuatu di baliknya, itu
bukan tanggung jawab kita. Bukan beban kita lagi. Nah itulah beratnya tanggung
jawab lembaga tersebut. Bukan tanggung jawab kita.
Mungkin ada yang ingat cerita sahabat Nabi saw., Umar bin
Khattab. Suatu ketika ada orang yang lewat di dekatnya, terkena air tampias
dari genting sebuah rumah yang ada orang di atas genting tersebut. Orang itu
bertanya, air apa ini yang mengenaiku? Sebelum dijawab, Umar berkata, “Hai
pemilik rumah, tidak perlu kau beritahukan kepadanya”. Hal ini menandakan, si
orang yang terkena air tersebut juga tidak perlu mencari tau asal air itu. Kecuali
mencium baunya, melihat warnanya, meyakinkannya bukan najis, sepanjang itu saja.
Maaf ya saya ga cantumin sumbernya, lupa.
Yaaa saya sih menghormati aja sikap orang yang pada akhirnya
tetap menjaga dirinya dari hal yang
menurut dia syubhat. Kalau belum ada fatwa ulama juga saya ga akan berani kok. Kalau
sudah ada fatwa, ya berarti bukan syubhat dong. Tapi sekali lagi terserah,
pilihan masing-masing. Asal jangan sampai terjerumus pada mengharamkan yang
halal. Itu pilihan kok.
Lalu ada lagi orang-orang yang menyelesaikan isu tersebut
(seolah-olah solusi) dengan ‘masakan rumah aja, lebih aman, pasti halalnya’. Kalau
menurut saya itu ga nyambung. Berapa banyak sih orang makan di resto setiap
waktu makan? Atau hanya kepengen jajan aja? Saya setuju sih masakan rumah
memang aman, pasti halal, sehat. Tapi bagi saya dan orang-orang lain yang
sering meninggalkan rumah karena hal penting atau pekerjaan, bahkan sampai
berhari-hari, apakah mungkin masih bisa makan makanan rumah? Kalau sedang
perjalanan, kan kita pasti cari tempat makan pada waktu makan tiba. Ga selalu
bisa masak sendiri kan?
Udah. Mau menginfokan situasi dan kondisi lain aja bahwa
masakan rumah ga selalu bisa menggantikan masakan restoran. Jadi jangan buat kami (saya khususnya) merasa
rendah diri karena sering makan di luar, sehingga seolah-olah menggampangkan
urusan halal-haram. Tidak sama sekali. In sya Allah semoga istiqomah menjaga
kehalalan apapun yang masuk ke perut saya dan keluarga.
No comments:
Post a Comment