*latepost*
Beberapa waktu lalu
saya diskusi dengan suami tentang risiko berwirausaha; melepas status sebagai
karyawan/orang yang dibayar atau digaji lalu mendirikan bisnis sendiri. Pasti
banyak yang tidak yakin, tidak berani, takut gagal, takut bangkrut, dan sebagainya.
Tapi coba deh
bandingkan dengan risiko naik pesawat udara. Apa risiko terburuknya? Tentu saja
pesawat jatuh dari ketinggian dan kehilangan nyawa (Na’udzubillahi min dzalik).
Tapi iya kan, risiko itu selalu ada kan? Nah, mana lebih berat, kehilangan harta
benda (bangkrut), atau kehilangan nyawa?
Tentu saja menurut
kami sih lebih besar risiko kehilangan nyawa. Tapi sepertinya sekarang ini
lebih banyak orang yang berani naik pesawat, tapi tidak berani berwirausaha.
Kenapa?
Mungkin salah satu
alasannya, kalau naik pesawat, ada pilot dan kru yang ahli mengemudikan
pesawat. Kita tinggal percaya, dan sedikit berdoa. Lalu kita bisa tidur santai
setelahnya.
Tapi kalau wirausaha,
kita mau percaya dan serahkan pada siapa? Kita harus meju sendiri,
terombang-ambing sendiri, sukses sendiri, atau gagal sendiri. Kita tinggal
usaha yang keras, berdiri di atas kaki sendiri, sambil banyak berdoa dan
meminta pada Allah. Dan mungkin kita sulit tertidur dengan nyenyak.
Pertanyaannya, setelah
sekian banyak pesawat yang jatuh yang kita saksikan di berita, apakah di
pesawat itu tidak ada pilot atau kru ahlinya sehingga bisa jatuh?
No comments:
Post a Comment