Ikhlas itu kata yang mudah
dan ringan sekali diucapkan. Tapi susah jalaninnya. Serius. Tapi indah banget
hasilnya kalau kita berhasil melakukannya. Duarius.
Mungkin di antara kita
banyak yang telah mengetahui analogi pemberian Tuhan dan rajukan anak kecil.
Kita sering kan menggoda anak kecil, menahan mainan yang dia inginkan,
menyembunyikannya, mendengar rayuan dan rengekannya; kita senang mendengarnya
bukan? Namun setelah dia bosan, biasanya kita baru akan memberikannya.
Seringkali Tuhan juga menahan mengabulkan doa dan keinginan kita.. Kenapa? Karena
Dia senang mendengar “rengekan manja” kita ketika meminta kepada-Nya.
Tapi bukan ketika kita bosan. Melainkan ketika
kita ikhlas kepada takdir-Nya, barulah Dia akan memberikannya kepada kita. (Tuhan ga pernah sama dengan makhluk-Nya kan…hehhehe)
Kita tidak lagi berharap
mati-matian memohon A dan semoga bukan B yang terjadi, yang ‘baik’ menurut
perhitungan dangkal kita. Tapi menginsafi bahwa Allah lebih tau yang terbaik untuk
kita, membuat kita mudah berserah
sepenuhnya kepada-Nya. Sampai akhirnya dada kita lapang ketika berkata, “Ikhlas
saja lah, Allah lebih tau mana yang terbaik”, sambil menyempurnakan ikhtiar. Bukankah
itu (berserah) artinya muslim?
Kita ini seringkali
ribet, ya ga? Berpikir harus begini, gak boleh begitu, karena nanti dampaknya
akan begini begitu. Sotoy, atau sotta, kata teman-teman saya di Makassar, sok
tau. Padahal seriusan deh, Allah yang Punya Skenario! Kita tinggal jalanin.
Ikhlas aja..
Saya menulis ini
karena di beberapa waktu terakhir saya sedang sering dihadapkan pada ujian
ikhlas ini. Hasilnya selalu sama; ketika saya ngoyo ingin sesuatu, saya ga
pernah dapet, eh ketika saya pasrah, ikhlas, langsung dapet! Kalau
dipikir-pikir, sebenarnya dari dulu saya sudah sering mengalami ini. Tapi kok
yaaa dasar saya, kok ga belajar dari pengalaman. Pantesan ujiannya masih
sama-sama aja =(
Suatu ketika saya
curhat pada teman* mengenai sesuatu yang merisaukan hati, dia bilang, “Ya udah
lah Far, kan elu sendiri yang bilang ikhlasin aja. Allah Yang Tau takdir
terbaik lo!” Jleb. Oiya yah, saya yang cerita sama dia, sayanya juga yang lupa.
Alhamdulillah dikasih pengingat =) makanya sekarang saya share di blog, semoga
ketika suatu saat saya khilaf lagi, ada yang mengingatkan.
dan percaya tidak, Far? Allah menghadiahi kami Khalfa justru ketika kami benar-benar ikhlas; bahkan saya lupa hitung tanggal haid terakhir -yang ternyata telat-. hehe.
ReplyDeleteiyakah put?? :) terima kasih. Semoga juga untuk kami ya..
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAlhamdulillah singgah di blog antum, smoga semakin yakin dan percaya bahwa Allah Maha besar, kuasa, dan bijaksana, lebih dari segala-galanya, klo sudah berkehendak hanya cukup mengatakan: "Kun maka Fayakun. ."
ReplyDeleteSalam Yakin dan Ukhuwah
Zulkarnain, Medan
Stlh mbca postingan ini jd mkin bertmbah ilmu saya, awalnya sudah ada benih Yakin dan Percaya pd kebesaran Allah, mulai belajar ikhlas jg, tp koq rasanya rada2 ada yg kurang. Sprti belajar Phytagoras wkt SMP, tp gk kpake d kehidupan sehari2. Alhamdulillah skrng jd smkin faham, postingan d blog ni sekalian kasi contoh kongkritnya gmn caranya supaya kita bisa mempraktekkan ikhlas dgn benar, Alahamdulillah. . .
ReplyDeleteAlhamdulillaah, jazakallah for sharing yaa..
ReplyDelete