Saya pernah janji di
tulisan saya sebelumnya ( Lelong ), untuk
menulis masakan ikan mairo yang (konon) sangat mudah dibuat itu. Yah, mudah
sih. Tapi kok saya gagal, hiks.. Tapi tenang saja, saya sudah tau sebab kegagalan
saya.
Begini. Waktu ke Lelong
itu saya membeli 2 jenis ikan, yaitu ikan sunu (kerapu) dan ikan mairo. Sampai
rumah, saya cuci lagi ikan yang telah dibersihkan tukang ikan, lalu saya lumuri
dengan jeruk nipis yang banyak dan garam, supaya tidak amis. Lalu saya simpan
di dalam kulkas. Aman.
Nah, salahnya saya,
saya memutuskan untuk memasak ikan sunu lebih dahulu, karena lebih mudah lagi. Goreng
tepung. Hehehe.. Barulah 4 hari kemudian saya proses itu si Mairo *gubrag*.
Ketika dibuka, si mairo sudah tergenang
air yang berasal dari jeruk nipis dan tubuh mairo itu sendiri. Airnya berwarna
abu-abu.
Sebenarnya nurani saya
(lebay) sempat mengatakan, buang dulu itu airnya. Tapi entah kenapa saya
acuhkan. Saya tuanglah itu semua ke dalam wajan, saya tambahkan air asam, kunyit
bubuk, dan garam sesuai resep. Lalu saya aduk-aduk sampai airnya sat (habis).
Jeng jeeeeeeng! Tidak ada
masalah dalam rasa. Enak! Alhamdulillaah. Tapi si mairo hanya kami makan
sedikit, sisanya, sukses jadi makanan favorit kucing. Mereka super lahap makan
mairo pakai nasi. *sampai sini masih jempol ya, walau sudah plus tanda tanya*
Masalahnya adalah, tubuh
si mairo hancur, kawan, ya, hancur. Terlalu lama terendam air jeruk. Lalu masalah
kedua, ‘air abu-abu’ tadi setelah diberi kunyit dan air asam, berubah jadi
hijau. Hijau army. Keren sekali untuk warna baju. Tapi untuk makanan, saya agak
‘geli’ memakannya karena warnanya itu. Seperti warna kotoran apaaaaa gitu. Hahahaha…suami
saya bilang, jangan mikir macem-macem! Wkwkwkwkwk… maaf, saya memang terlalu mudah berimajinasi dan melakukan asosiasi.
Esoknya saya ceritakan
pada teman di kantor. Dia bilang, ya iyalaaaah maksimal 2 hari mairo itu harus
segera dimasak! Oke, catat. Saya berniat beli lagi dan mencoba lagi sih, karena
si abang doyan pas makan di rumah temannya. Doi juga mendukung saya untuk
mencoba lagi.
Tapi entah bagaimana,
di kali kedua dia memberi makan kucing dengan mairo, bisa-bisanya beliau berkata, “Neng,
kayaknya mendingan beli mairo deh daripada sarden (buat kucing)”.
Hhhhhh!
No comments:
Post a Comment