www.makassarkota.go.id |
Dua bulan lalu saya dan suami pulang ke
Bekasi. Ambil flight paling pagi dari Makassar, dan flight paling malam dari
Jakarta. Supaya bisa lama ketemu keluarga. Hehehe…
Rasanya saya seperti
meluap-luap kala pagi buta itu digenggam tangan oleh suami, di atas taksi yang
melaju menuju Bandara Sultan Hasanuddin. Lalu mengharu biru kala bertemu
kembali dengan mamah di rumah, berpelukan lamaaaa sekali, sampai ditungguin supir
taxi. Belum bayar. Hhe…
Ketika hendak ke
Makassar kembali, jujur saya agak merasa terintimidasi saat di mushala Bandara
Soekarno Hatta, saya mendengar orang bercakap-cakap dalam bahasa Makassar. Ah,
saya akan kembali ke kampung orang lagi. Bukan kota saya yang nyaman.
Tapi entah bagaimana
ketika sedikit lagi kami sampai di rumah di Makassar, masih di dalam taxi yang
menembus kegelapan malam, tiba-tiba saya menginsafi sesuatu. Bahwa kota ini
indah.
Indah karena di kota
inilah kami belajar hidup. Berdua saja. Tanpa bantuan keluarga atau kerabat. Tidak
punya siapa-siapa kecuali satu sama lain. Tanpa punya tempat untuk kabur. Haha.
Di sinilah kami belajar bertoleransi, saling memahami, menyelaraskan cita dan
rasa, belajar syukur dan sabar bersama. Belajar bertetangga. Belajar berjamaah. =)
Yaaaa kota ini memang
panas. Berdebu. Orang-orangnya keras. Pengendara motor dan mobilnya seringkali mengerikan.
Tapi udara di sini lebih bersih. Tapi perekonomian masyarakat lebih maju. Tapi kuliner
lebih nikmat lho. Hehehe pastinya.
Dan selebihnya, ini
kota kita. Kota tempat kita menyemai cinta, menjadikannya warna-warni pelangi.
uhuk, indah karema dinikmati berdua saja yaa :p
ReplyDeleteiyaaaa... membangun semuanya berdua saja.. dari nol.. :)
ReplyDelete