http://revolusi-batin.blogspot.com/2011/08/niat-murni.html |
Berawal dari baca tulisan sahabat saya di note
fesbuk, yang nama depannya fil dan belakangnya zah, saya jadi mikir. Pemikiran ‘isengnya’
Filzah itu khayalan tentang membangun basis kekuatan Indonesia berbasis potensi
daerah. Salah satunya, membangun pusat militer Angkatan Darat di DI Yogyakarta.
Beberapa kali saya ke Jogja, saya kok
menemukan karakter masyarakat sana yang haluuuuuss lembuuuutt sabaaaaaaar
mengalaaaaaaah dan membantu orang lain dengan totalitas. Jadi dengan sotoynya
saya menyimpulkan demikian, saya jadi merasa kurang cucok aja gitu kalau Yogyakarta
jadi pusat militer AD. Komen saya di note-nya, mungkin Yogyakarta lebih cocok jadi
pusat budaya. *secara saya anak
psikologi jadi yang kepikiran ya karakter masyarakat Yogyakarta-nya yang
menurut saya gak match sama militer.
Di satu sisi si
empunya note bilang setuju sama pendapat saya, lalu dia menjelaskan. Bahwa beliau
hanya melihat bagaimana kuatnya pertahanan darat Jogja sejak zaman Majapahit dan
Mataram dulu. Jegeeeerrr!! Psikologi sih psikologi… tapi masak saya kok ga
kepikiran tentang sejarah ya? Hah, payah.
Berikutnya saya jadi
tergelitik tentang bagaimana hubungan karakter orang Jogja yang lembut dan murah
hati itu dengan kuatnya pertahanan darat mereka. Kalau selayang pandang pikir
saya sih ga nyambung. Tapi kenyataannya begitu kok? Mu apah? Hhmm hhhmmm…
mungkin dari sifat kesetiaan mereka pada pemimpin kali ya.. Ya, bisa jadi, tapi
kayaknya ga hanya itu deh. Apa hayoooo? *bantuin dong
hmm.. karena mereka nurut sama raja nya Far.. hehhehe
ReplyDeleteSecara sosial budaya dan ekonomi disana tidak sekeras jakarta yang stressful, penuh persaingan, dll
dan pola kebiasaan mereka juga berbeda
iya sih kayaknya yaa.. jd ga pada ngeyel kalo ada komando.. jd cepat geraknya :) makasih tikaaaa
ReplyDelete