Jarang-jarang ada
libur nasional sepanjang kali ini. 15, 16, 17, sampai 18 November 2012. Tahun baru hijriah 1434. Bersamaan dengan agresi Israel kembali ke Jalur Gaza, kami malah rekreasi.. duh! Buat
temen-temen di Jakarta, kebanyakan sudah full-booked untuk kondangan ;) tapi di
Makassar sini beda, kawan. Libur tidak dinikmati banyak pihak. Anak sekolah
hanya libur hari Kamis, masuk lagi Jumat dan Sabtunya.
Kamis pagi, saya dan
suami berangkat dari Makassar menuju Kab. Maros, Sulawesi Selatan. Naik motor. Perjalanan
awalnya biasa saja, jalan-jalan protokol yang panjang dan lancar. Sedikit
melewati perbatasan Makassar-Maros, kami singgah sebentar di BSM KCP Maros.
Meluruskan punggung dan kaki, ke toilet, dan pakai ulang sunblock. Haha,
teteeeeup.. menurut security sih, Bantimurung tidak sampai 9km lagi. Okei,
berangkaaaatt!!
Tak lama, kami mulai
disuguhi udara sejuk dan pemandangan indah. Jadi ingat waktu 2010 saya ke Kendari,
SulTra. Waktu pulang, naik pesawat kecil dulu ke Makassar. Sesaat sebelum
mendarat di Makassar, saya agak terpesona dengan kontur wilayah Sulsel yang
baru kali itu saya lihat, apalagi melalui udara. Di hamparan tanah hijau,
banyak ‘gundukan-gundukan’ entah itu batu, gunung, bukit, atau apa, hijau, dan
tersebar banyak. Kayaknya sih bukan gunung atau bukit, soalnya tidak ada kaki
dan lerengnya *sotoy.
Naaaah ternyata
perjalanan kami mendekati salah satu ‘gundukan’ itu! Senang sekali rasanya… dan
ternyata beessaaarrr… seperti guuunuuunngg… daaaaan ternyata bukan hanya
mendekati, tapi kami akan menyentuhnya. Ow ow.. Hhmm, hasil browsing setelahnya
sih, itu namanya Pegunungan Karst Bantimurung. Hihi, gunung karst ternyata.
Buat pengendara motor,
di sini bisa tenang meninggalkan helmnya. Minta ga minta, selain biaya parkir
Rp1.000, dikenakan juga biaya penitipan helm @Rp 2.500,- kalau hilang akan
diganti katanya sih. Lumayan percaya lah. Tapi ya ikhtiar juga, dikaitin ke
dalam motor dulu kalau bisa. Oh iya, tiket masuk @Rp 15.000,-
Memasuki kawasan
wisata, pertama kali kami memasuki Butterfly Museum. Bayar lagi tiket masuknya
Rp 5.000,- per orang. Selain museum, ada juga penangkaran kupu-kupu. Jadi dulu,
Alfred Wallace, peneliti kupu-kupu dari Inggris, menemukan 133 spesies
kupu-kupu di Bantimurung. Wooooow banyaknyeeeeu…
Lalu kami ke
penangkaran kupu-kupunya. Beterbangan bebas dan jinak di sekeliling kita.
Rasanya gimannaaaa gitu. Melihat langsung kupu-kupu lagi minum, lagi kawin,
kepompong, ulatnya, hhmm serasa nyatu sama mereka *terbang-terbang*.
|
Si Mungil nan Cantik |
|
Kupu-kupu ini Besaaaaarrr |
|
Salah satu family kupu-kupu yang ada di museum, lihat deh ada tipuan matanya ;-) |
|
Cicak terbang!! Cuma ada di Sulawesi |
|
Kupu-kupunya lagi mimi air gula yang dikasih bunga supaya menarik *tipu-tipu |
|
Kupu-kupu lagi kawin *iniciyuuss |
|
Bisa sedekat ini sama kupu-kupuuuuu!!! | | | | |
|
|
|
|
U L A T |
|
KEPOMPONG |
Teruuuuus kami keluar
dari tempat kupu-kupu, menuju air terjun. Baaguuusss… Tapi sayang lagi ramai.
Banyak yang main basah-basahan doang sambil foto-foto, ada juga yang ‘rafting’
pakai ban dalam truk. Ramaaaaaiii dan ceriaaaa!!
|
Ngomong-ngomong yang ungu itu saiah.. *teruuuss??! |
Di lokasi air terjun
disediakan kamar mandi untuk bersih-bersih dan salin baju kering. Oh iya, di
Bantimurung ini ada juga kolam renang yang langsung nyatu sama tebing-tebing
gunung karst, airnya juga mengalir di celah-celah karst-nya. Ada juga yang
khusus untuk anak-anak karena cetek.
Di samping air terjun,
ada tangga-tangga menuju ke gua batu. Kalau gak salah ya. Hhe.. Kabarnya sih di
atas ada danau. Kami naik sambil payungan karena hujan. Daaaaan ternyataaaa
baguuuuus danaaaauuunyaaaa… this is it.
|
Air Terjun, dari atas |
|
wuaarnaa wuaarniinyaaa keerreeennn |
Berhubung ada jalan
yang rusak dan becek karena hujan, sangat disayangkan kami tidak melanjutkan
perjalanan ke gua, balik kanan pulang. Hiks. Kami mampir dulu sih makan bekal,
di Warkop Bantimurung, tapi mesannya milo panas. Hihiiiyy enaaaaakk…
|
Anget-anget di tengah dinginnya hujaaaan |
Naaah pemirsa, sekian dulu reportase kami kali ini, sampai jumpa di kesempatan berikutnya. Farah & Ghozali, Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Kabupaten Maros, Sulsel, melaporkan. :-)
No comments:
Post a Comment