Follow Us @farahzu

Wednesday, October 17, 2012

Makassar Part 2; Anak-anak dan Seliter Bawang Merah


Lingkungan kontrakan kami cukup ramai dengan anak-anak. Dari balita sampai SD. Kesan saya tentang mereka mirip dengan kesan saya terhadap anak-anak di Depok; supel. Mereka yang mulai menyapa kami, memanggil kami bila berpapasan dari jauh, main-main di teras rumah kami, nanya-nanya sedang melakukan apa dan sama siapa, bahkan bantu nyapuin teras juga pernah. *kerajinan*
Waktu saya dan suami baru tiba Selasa dini hari (9Okt), paginya kami membongkar rumah, bersih-bersih, menata kembali barang-barang. Anak-anak yang baru pulang sekolah itu menghampiri, nempel-nempel di tembok depan, ngeliatin, minta ditanya. Hehe.. Aku bertanya nama, rumahnya di mana, kelas berapa… lalu, “Tante dari mana?” Ada juga waktu suami saya sedang di teras, seorang anak laki-laki menghampiri, “Lagi apa Om?” “Bersihin kipas”, jawab suami. “Sama siapa Kita?”, anak itu bertanya lagi. “Sama istriku”, jawab suamiku. “Mana?”, “Lagi di kamar mandi, ga boleh”, kata suamiku. Hahaha..
Beberapa hari kami di sini, teras kami mulai ramai dengan anak-anak bermain. Apalagi kalau libur, meskipun kami sedang tidak membuka pintu. Mengintip sedikit dari jendela, mereka langsung nyengir, “Tanteeeee!”… Beberapa juga suka main ke dalam rumah. Lucunya, “Ada kue ta?” :D
Naaahh trus uniknya lagi di sini kalau belanja ke pasar kawan… Bingung aja gitu waktu beli bawang, “Berapa bu?” Jawab penjualnya, “Lima ribu setengah liter”. Uuhhmm, saya dan suami sempat melongo sebentar. Bawang? Literan? Oh, ternyata di kasih wadah literan beras, masukin bawangnya padat-padat, sampai penuh wadah itu. Itu namanya bawang setengah liter ^^. Terus lagi, beli telur, ga ngaruh mau beli berapa kilo, dihitungnya perbutir. Kalau telurnya lagi besar-besar ya untung, kalau kecil-kecil? Yap, rugi, karena harganya sama.
Hhmm sekarang tentang makanan. Saya ini maniak bakso. Dan di sini susah nyari bakso,, hiks.. Di ajak suami makan bakso yang paling lumayan dan paling mirip dengan di Jawa, lumayan jauh. Rasa daging baksonya lumayan, tapi tetap saja disesuaikan dengan lidah orang Makassar, pakai buras (semacam lontong bersantan), lalu mi-nya menurut saya agak aneh. Kuning agak kering. Bukan belum matang, tapi memang segitulah matangnya. *Kangen bakso jawa..  
Begitulah, kata Sayyidina ‘Ali ra, jarang bertemu itu menumbuhkan rasa rindu. Mamah, ayah, kakak, aku kangen… hiks..
Suamikuuuuu cepet pulang yaaah ^_^ <3

4 comments:

  1. Iya bunda....ayah udah di depan pintu nih...^^

    ReplyDelete
  2. sama bu, di sini juga telor dijual butiran. Waktu baru dua hari di sini dengan pede-nya ke warung terdekat dan lgsg blg ke penjualnya, "Pak, beli telor setengah kilo!"
    Si bapak cuma senyum dan jawab, "Kalau di Jawa ngga heran telor dijual kiloan, Mas. Tapi di sini jualnya butiran."

    Wkwkwk..

    ReplyDelete
  3. wah iya ya di? jangan2 cuma di jawa doang lagi yg jual telor kiloan? :D

    ReplyDelete