Bismillaahirrahmaanirrahiimm..
Sejak menikah dan pindah
domisili ke Makassar, saya punya hobi baru, Saudara. Yes, Makassar, membuat
saya punya hobi mandi. Panasnyeeeeuu manteb beneeeeerr… Kalau bukan karena
ingin mendampingi suami dalam suka dan duka… *ciyeeeeegueeee :D
Berhubung Pulanu
Sulawesi ini cukup jauh dari Jakarta kawan-kawan, sangat dapat dimaklumi banyak
sekali perbedaan dan keunikan yang saya temukan di sini. Tulisan ini dibuat
sebelum genap 1 pekan saya tinggal di sini (kurang 1 hari sih, hhe), tapi
sebenarnya sudah lamaaaa saya ingin share, terutama untuk kawan-kawan yang
tidak berdomisili di pulau ini, lebih terutama lagi buat kawan-kawan di
Jabodetabek.
Yang pertama ya itu
tadi. Di sini panasnya manataapp. Nyengat banget. Ngangkat jemuran aja saya payungan
coba. Hehe, mungkin lebay, but it’s true dude! Kalau panasnya agak mendingan,
ga pake payung sih, tapi teteeup mesti oles sunblock dulu >,<
Di sini kendaraan
bermotor banyak sekali. Bahkan becak yang di Bekasi masih digowes sama
abangnya, di sini lebih banyak bentor, becak motor. Karena itulah, selain
panas, di sini juga berdebu. Ada juga angkot. Di sini disebut pete-pete. Kalau di Jawa, rute angkot
itu ditandai dengan angka atau kombinasi huruf dan angka, pete-pete rutenya
pakai huruf. Pete-pete A, B, C, ….H, I, J…kurang tau deh sampai huruf apa. Tapi
ada satu pete-pete yang pakai angka. Pete-pete 05, menuju kampus Universitas
Hasanuddin. Lainnya tidak.
Ada lagi yang menarik
dari pete-pete. Tarifnya, jauh-dekat Rp3.000,- Hhmm lumayan. Lumayan rugi
maksudnya kalau tujuan kita dekat. Tapi kalau tujuan jauh sih nyamaaaann..
Hehe..kayak Trans Jakarta. Trus yaaa yang lebih unik lagi menurut saya,
pete-pete ini rutenya customized. Tergantung permintaan penumpang. Makanya,
jangan sampai lupa nanya abangnya sebelum naik, melewati tujuan kita atau
tidak. Jadi tuh supir pete-pete rela mengambil jalan berputar yang jauh hanya
untuk menurunkan satu atau dua penumpang yang request suatu tujuan. Ckckck,
hebat, padahal bayarnya ga nambah, tapi mau aja mengorbankan bahan bakar dan
waktu untuk mengantar. ^_^
Terus lagi nih, masih
tentang pete-pete. Saya jadi ingat saudara saya yang punya angkot. Sehari, dua
hari, tiga hari, angkotnya utuh. Hari keempat, radio sudah hilang, dijual sang
supir. Ga usah nanya lagi tentang speaker deh. Kalau di sini, beda banget deh. Mereka
menyediakan live music yang kebanyakan lagu daerahnya. Bahkan beberapa
pete-pete dilengkapi dengan TV layar datar yang gede, memutarkan video klip dan
lagu-lagu daerah, ditaruh di tempat penumpang. Subhanallaah, berarti untuk
penumpang kan, bukan untuk si supir sendiri? Niat menghibur dan memberi
pelayanan ekstra pada penumpang cukup perlu saya kasih jempol ;)
Naaaaah siapa di sini mahasiswa
atau lulusan UI? Yeep Universitas Indonesia..
Suatu ketika suami
saya pernah ditanya oleh orang Makassar asli, “Kuliah di mana Kita?” (‘kita’
berarti ‘kamu, anda’). Suami saya menjawab, “Di Universitas Indonesia”. Eeeh
orang itu malah bertanya lagi, “Oh ada
juga Universitas Indonesia di Jawa??”
Hahaaa saya pengen
ketawa.. Ternyata di sini ada juga kawan, Universitas Indonesia Timur.
:D
Sekian dulu aaaaah, kapan-kapan
sambung lagi.. Semoga segera. Saya rindu nge-blog, huhuu..
Ciyeh, penganten baru mulai posting nih.
ReplyDeleteKeren. Baru tau klo ada yg namanya UI Timur.
Oke, keep posting fars..
duh.. sayangnya, ke makassar 4 kali tapi cuma di bandaranya, transit doank. haha.
ReplyDeleteeh btw, dari makassar, ajak suami jalan ke palu atau mamuju far, biar gak bosen di makassar terus. hehe
ka iman: iya ka, saya juga kaget pas ngelewatin.. :D
ReplyDeletetegar: waahh jauh itu ya gar? main-main ke sini gar.. bawain bakso ya..hehe