Ini cerita lama, sudah sering saya ceritakan. Tapi saya belum cerita pada semua orang *yaiyyalahyaa..
Waktu kuliah semester 5, ada mata kuliah Psikologi Lintas Budaya (mantap ‘kali kan? :D). Saya lupa lagi bahas tentang apa, yang jelas tentang pengaruh ‘sentuhan’ di masa kecil terhadap agresivitas seseorang ketika ia dewasa. *kenapa akhir-akhir ini saya nulisnya tentang psikologi mulu ya?*
Pengaruhnya, anak-anak yang jarang atau tidak cukup mendapat sentuhan (kasih sayang), akan tumbuh menjadi orang yang lebih agresif. *agresif di sini lebih mengarah pada arti ‘menyerang’, akibat sulit mengendalikan emosi.
Hal kecil sekali ya? Hanya sentuhan. Tapi dengan cinta. Jadi hal besar deh :D
Dosen saya yang blasteran Madura-Jerman itu menemukan fenomena menyedihkan di panti asuhan. Dengan sekian banyak anak yang ditampung, petugas yang terbatas, honor kecil pula, hampir dapat dipastikan anak-anak di sana kekurangan ‘sentuhan’.
Idealnya ketika seorang ibu menyusui, ia mendekapkan anaknya pada degup jantungnya dan hangat tubuhnya, sambil menatap mata anaknya. Di sebuah panti asuhan yang dikunjungi ibu dosen itu, ada bayi-bayi berjejer dalam box masing-masing, meminum susu dari botol yang diikatkan ke atasnya (dengan tiang atau kayu atau ke langit-langit). Karena tenaga pengasuhnya tidak cukup memadai untuk memberikan susu satu-persatu. T_______T kasihaaaann…
Tak masalah datang tanpa bawa santunan (apalagi kami masih mahasiswa waktu itu), tidak harus juga dengan perencanaan matang untuk membuat acara atau sesuatu di sana. Cukup datang saja, lalu sentuh mereka dengan sayang, gendong kalau masih kecil, elus-elus, kalian sudah ‘berbuat’ sesuatu untuk masa depan mereka. Meski sedikit, setidaknya mereka pernah merasakan. Demikian saran ibu dosen.
Saya coba. Di panti asuhan yang tidak besar dekat rumah. Ketika datang, anak-anak sedang sekolah. Saya menemukan 4 atau 5 bayi di sana, sedang ‘mengantri’ dimandikan oleh pengasuhnya. Sang pengasuh datang membawa seorang bayi yang sudah mandi, meletakkannya di tempat tidurnya, lantas mengambil bayi lain untuk dimandikan juga. Begitu. Tanpa ‘rasa’. Udah capek kali ya.. Saya ambil seorang bayi yang telah mandi itu, saya gendong. Ow, ow, tau apa yang saya rasakan?
Dekapan yang sangat erat.
Ya, dari bayi itu. Erat sekali, saya masih ingat. Seketika saya terharu. Saya ajak berkeliling sebentar, saya cium-cium *untung udah wangi :D*, lalu saya mau ambil bayi yang lain. Tapi bayi pertama yang saya gendong itu, seperti mencengkram, tidak mau melepas. Terharu lagi. Mau nangiiiiisssss rasanya…
Udah ah, segitu aja. Mudah-mudahan rekan-rekan bisa menyimpulkannya sendiri. Mari, bantu generasi penerus kita. Sering-sering main ke panti asuhan yuk! ^_^
Walaupun sering dipipisin dan dieein, saya seneng banget tuh kalo ngegendong farid. Ngebaca ini, jadi pengen makin sering lagi ngegendong farid. Makasih fars.
ReplyDeletehiks.. T____T
ReplyDeletealhamdulillah sy dpt sentuhan yg cukup dri ortu. makanya saya kalem giniih.. :")
alhamdulillah saya ganteng
ReplyDelete*ga nyambung
alhamdulillaah yaa...farid masih punya orang tua, yang sayang sama dia... :) tapi kalo keseringan digendong nanti ga bagus juga ka.. bisa ketergantungan maupun lama mulai belajar jalannya *yang ini kata mamahku. hehe
ReplyDeletepesan saya, bagi-bagi sayangnya ya ka.. ke anak-anak yg kurang beruntung juga ^_^
hahahahahaha... alhamdulillaah yaa :)
ReplyDeletesesuatu banget ;p
ReplyDeleteajak2 kaka kalo mau main2 ke panti asuhan lagi.. :)
ReplyDeletemau ikuuut... semenjak SMA aku udah jarang main ke panti asuhan :|
ReplyDeletejalan sendiri.. :)
ReplyDeleteaku jarang sih sebenernya... ini pengalaman pertama dan berkesan banget :)
ReplyDelete:9
ReplyDeletehwi,,,dosennya itu bu Ratna ka farah?
ReplyDeleteiyyaaaa... dosen cantik yang baik hati :)
ReplyDeletehwaa,,aku baru tahu dia blasteran madura-perancis,,suami aku orang madura soalnya
ReplyDeletedan memang orangnya baik bangeeet
haha... jerman, sayaaaang... :p
ReplyDelete