*Curhat anker (anak kereta)*
Bete deh sama para pengguna kursi lipat di KRL. Baik express (waktu masih ada), commuter, ekonomi...
Sungguh bikin sempit, karena jelas-jelas mengurangi space untuk penumpang yang berdiri. Menghalangi orang lewat juga. Ckckckck.. pernah di suatu pagi, saya naik KRL di gerbong khusus wanita. Tapi di samping dan belakang saya ada laki-laki, sekitar 7 orang jumlahnya.
Wajar ketika petugas kereta mempersilahkan bapak-bapak itu masuk dulu ke gerbong wanita karena terbatasnya waktu, dengan asumsi seharusnya mereka bisa bergeser ke gerbong depan walaupun kereta sudah jalan dan pintu sudah tertutup. Tapi tidak. Mereka tetap di gerbong itu sampai perjalanan hampir usai karena tidak bisa lewat. Bukan karena terlalu penuh orangnya. Melainkan karena banyak sekali pengguna kursi lipat di situ.
Penggunanya, tidak semua sudah tua. Bahkan seumur dengan saya atau lebih muda dari saya, yang notabene masih kuat berdiri *pegal-pegal dikit gapapa lah, toh masih muda.
Selain itu, kalaupun penggunanya orang-orang yang telah berumur, ini kan menunjukkan betapa empati orang-orang di sini sudah sangat menipis. Tidak peduli ada orang tua di depannya, orang yang sakit sampai pucat, bahkan ibu hamil, masih ada juga yang membiarkannya berdiri sambil pura-pura tidur (kecuali kalau sudah ditegur petugas). Masalahnya sekarang jumlah ibu hamil yang naik kereta jauh lebih banyak dari bangku prioritas yang tersedia di setiap gerbong. Hhhff...
Seorang bumil pernah bercerita pada saya. Dia dibiarkan berdiri oleh bapak-bapak di depannya yang duduk. Dia hanya mengelus perutnya dan berbisik pada anaknya, “Kuat ya Dek”. Sampai akhirnya datang lah petugas memeriksa tiket. Mendapati ibu itu berdiri, ia menegur bapak-bapak tadi. Barulah si bapak mempersilahkan ibu itu duduk. Si ibu yang gengsi, bilang, “Ga papa, silahkan Bapak saja”, sambil meneruskan dalam hati, “mungkin Bapak yang pengapuran..”
Yang saya sayangkan pada ibu itu, ‘kenapa cuma dalam hati Buuuuu....?!’ -___________-‘’
Sebenarnya sudah dilarang, tapi untuk tingkat kesadaran yang masih sangat tidak merata, gambar larangan di dinding-dinding gerbong dan suara petugas dari speaker kereta, a tidak mempan. Bahkan semakin menjamur.
Kesempatan sering mampir pada saya untuk turut menikmati kursi lipat itu. Berkali-kali disarankan untuk memakai saja kursi yang dibawa seseorang, karena orang itu sudah dapat duduk. Katanya, ‘sayang kalau ga dipake, udah dibawa’ =__=’’. Tadi pagi saja, sudah ada 2 orang yang menawarkannya pada saya. Alhamdulillah masih kuat dan sedang sehat untuk berdiri. Malu juga sama diri.
Ya Allaah.. semoga aku istiqamah.
HIDUP BUMIL!!!
ReplyDeletesekarang emang masih bisa make kursi lipet di jam padet far...udah gk bisa...padet banget...kalo dulu di ekspress masih bisa leha2..tapi sekarang kepadetan merata...yg duduk malah didorong2 sama yg diri...disindir2...
ReplyDeleteHIDUP!! ^_^
ReplyDeletedi kereta gw masih mip.. yg harusnya ga gitu padet jadi sempit banget!
ReplyDeleteudah gitu kalo mu nyindir pasti kalah... soalnya banyakan yg pake kursi daripada yang ngga -____-''
Eh bener...waktu pas naik kereta dulu, juga suka banyak yang komplen sama orang orang yang duduk dikursi lipat begitu. Tapi saya malah pengen beli tuh. Cuma saya jarang banget naik kereta.
ReplyDeleteAhh teringat naik kereta pagi dari depok yg penuhnya tumplek2an hehe..
ReplyDeletebumil itu apa kak? .___.
ReplyDeletesangat sangat jarang ka naek kereta, jadi gak tau deh kursi lipet kayak gimana -_-"
ReplyDeletekalo saya anak bus,, jadi keselnya sama laki-laki muda dan sehat yang egois. ibu-ibu berdiri di biarin aja, trus perempuan muda yang akhirnya nawarin ibu-ibu itu untuk duduk, dan laki-laki itu cuma ngelirik doang. ampuuunn banged dah *kok jadi marah2 yah. astaghfirullah..
oh.. jadi ada juga efek negatif dari duduk di kursi lipat ya?? baru tau aku.. padahal dulu mikir.. kreatif banget yah.. yang bikin kursi lipet.. bisa tetep duduk walau tempat duduk habis.. hehehe
ReplyDeleteAda satu pergeseran paradigma di indonesia. Mereka yang seharusnya menyalahkan sistem yang tidak beres, justru menyalahkan orang-orang yang kreatif dalam menyikapi sistem yang ada.
ReplyDeleteDalam masalah kursi lipat ini contohnya, yang salah sebenarnya adalah pemerintah, karena kurang becus dalam menangani masalah transportasi, tapi karena masyarakat kita telah terbiasa dengan kekacauan ini, akhirnya justru protes terhadap orang-orang yang kreatif dalam menyikapi kekacauan yang ada, dalam hal ini pengguna kursi lipat.
Jika saja protes ini difokuskan pada pemerintah, mungkin cukup untuk menekan pemerintah dalam membenahi masalah transportasi yang terjadi.. :)
-___-'
ReplyDeletekalo di kereta sepenuh itu ga mungkin ada space buat duduk di kursi lipat ya kak? ^_^
ReplyDeletehehe.. ibu hamil dek..
ReplyDeleteyah, sama lah kayak gitu. atau pura-pura tidur. eh, kalo aku pernah kayak gitu, aku yg nawarin duduk, tapi mas-mas di depanku masih tau malu, jadi dia berdiri dan aku tetep duduk.. hehe..
ReplyDeleteiya kakak.. masalahnya orang-orang itu pada ga liat sikon.. kalo lega mah terserah aja deh.. tapi kalo penuh mbok ya empati dikiiiitt
ReplyDelete2-2nya salah kak. ya pemerintahnya, ya masyarakatnya.
ReplyDelete*udah gitu nunggu pemerintah kelamaan.
Selain saya (roker bogor - sudirman), luthi (revoluthioner) ada jg ya. Dari 2004 sampai skrg (2011)banyak pengalaman "menarik" di krl ..
ReplyDeleteMemang sejak dimulai sistem commline, krl nya rada "longgar" penumpangnya dibanding dgn jadwal express yg menurut saya sangat mahal (pengalaman 22rb sehari hanya utk pp naik krl ╮("╯_╰)╭ .
Sejak adanya comline ongkos krl saya pun berkurang drastis. Yg tadinya 22rb jd 9rb. Atau malah bahkan 4rb :)
Udah gak pernah pakai kursi lipat lg. Selain berat sering patah (udh ada 2 kursilipat yg dimusiumkan dirumah)
ReplyDelete