Agar bisa melapangkan hati; Harus pintar-pintar memilih
Emangnya bajuuuu?? Hehe.. bukan, ini tentang keterbatasan kita sebagai manusia, kawan. Bahwa kapasitas memori, pikiran, dan energi setiap kita terbatas, sepakat? Namanya juga makhluq dhaif.. makhluk lemah. Mungkin Itulah salah satu hikmah selective attention yang dilakukan oleh panca indera kita. Hanya menginderai, hanya meneruskan informasi tertentu ke otak. Yang? Tentu saja informasi / stimulasi / rangsangan yang sekiranya penting untuk kita olah lebih lanjut.
Mungkin keterbatasan itu pula yang membuat Allah menggilirkan waktu untuk kita, malam dan siang, waktu istirahat dan waktu bekerja,
‘dan Kami menciptakan kamu berpasang-pasangan, dan Kami menjadikan tidurmu untuk istirahat,
dan kami menjadikan malam sebagai pakaian, dan
Kami menjadikan siang untuk mencari penghidupan’ (QS:78:8-11)
Alhamdulillah Allah jadikan kita tinggal dengan permai di bumi, yang dapat merasakan pergantian malam dan siang itu. Bukan seperti planet namec yang tidak pernah mengalami malam kecuali sekali, yaitu saat ketujuh bola naga berhasil terkumpul untuk mengabulkan permintaan.
*Kenapa jadi OOT gini? Maklum sudah lama ga ngeblog ^^v
Nnaaaaaahhhh kawaaann…sekali lagi, kita punya banyak keterbatasan. Maka, atas ruang yang sedikit itu, manfaatkanlah dengan baik.
Masing-masing kita punya urusan dan masalahnya masing-masing. Bukan bermaksud egois, melainkan cobalah untuk tidak banyak mengambil pusing tentang hal-hal yang tidak perlu. Misal, seorang kawan (atau bos, atau siapa) tiba-tiba datang dengan ekspresi yang kita paham kalau dia sedang tidak enak hati. Lalu tanpa kita berbuat salah, dia ketus pula pada kita. Kalau kita tidak salah, ya sudah lah, katakan pada diri, marah dan ketusnya bukan untuk kita. Mungkin bete kalo kita ga salah apa-apa tapi kena imbasnya. Apalagi kalau kita juga lagi bete. Kalau lagi kayak gini, saya suka melet sama monitor kompi, sambil ngomong sendiri, “bukan urusan gue”.. haha.. tapi alhamdulillah hati tetap lapang dan tidak ikut-ikutan bete.
Di atas itu hanya contoh kecil. Tapi kalau sering kita ambil pusing, kita akan banyak sakit hati. Akhirnya, capek sendiri. Belum tentu orang yang menyakiti hati kita itu sadar dan mau meminta maaf. Nah, kalau tidak? cape deee… *kasian deh kita.. Tidak akan ada yang berubah apakah kita sakit hati atau tidak ambil hati atas perlakuan orang lain pada kita, kecuali efek buruk bagi diri kita sendiri: jadi bete, kesal, marah, dendam, pada akhirnya jadi ga mood untuk melakukan kebaikan.
Mungkin berat (walaupun ngomong dan nulisnya gampang) untuk diterapkan, tapi coba tolong jangan katakan itu (‘ngomong sih gampang’), karena justru akan mematikan semangat kita untuk bisa. This is it: kalau ada orang yang menzhalimi kita, urusan kita hanya berusaha memaafkannya.. kalau masih belum puas, berdoa saja pada Allah. Doa orang yang dizhalimi makbul tokh? Selanjutnya, itu urusan dia sama Allah.
atau Adakah kita yang meragukan ke-Maha Adil-an Allah?
Pintar-pintarlah memilih, mana yang harus kita pikirkan, dan mana yang sebaiknya kita anggap angin lalu.
Manusia punya keterbatasan. Tidak semua beban bisa diangkat sekaligus. Harus pandai memilih beban mana saja yang harus dipikul...
ReplyDeletebetul.. makasih jempolnya.. *pencet apa aja sih tu??
ReplyDeleteoke deh kk, spertinya memang harus pintar2 memilih..
ReplyDeleteuntuk hal2 yang tidak penting..
masuk telinga gpp kali ya buat pelajaran, asal jgn masuk ke hati.. :D
Klo bahasa NLP-nya, reframing, memilih makna dari suatu kejadian. Krn pada dasarnya, kitalah yang menentukan makna/arti/emosi dari peristiwa yang menimpa kita.
ReplyDeleteTapi, kayaknya itu beda ama selective attention deh.. :)
iyaa betul far. Kalo semua dipikirin, otak bisa overload. Ntar meledak. Hee..
ReplyDeletedipilih dipilih..
ReplyDelete@mayang: sepakaaatt!! jangan semua pake hati.. capek.. ^_^''
ReplyDelete@ka iman: emang beda kak.. makna kan bukan urusan indera..
@topenkkeren: manggaa..
oh... klo itu tanya sama ira aja... (melempar tanggung jawab... :D)
ReplyDelete