Ini bukan tentang teman-teman yang lulus sekolah maupun masuk kuliah di tahun yang sama. Bukan juga angkatan bersenjata. Ini cerita tentang kereta. *lhoh? Ya, cerita tentang ‘rekan-rekan’ seangkatan kaki pada detik-detik menegangkan yang sama *lebay, berlomba memasuki gerbong kereta. Hehe..
Ini salah satu manfaat dari observasi atau pengamatan kita pada lingkungan sekitar. Pulang bareng dengan tetangga yang telah lebih dulu hafal dan memang suka memperhatikan lingkungan juga, sangat membantu saya untuk mendapatkan tempat duduk di kereta saat pulang kantor yang melelahkan.
Bekasi Express pukul 18.30 dari stasiun Sudirman adalah kereta terakhir Bekasi-Tanah Abang setiap hari. Orang-orang, sama-sama baru pulang kerja, sama-sama juga lelahnya, jadi sama-sama pula agresifnya berebut tempat duduk di kereta. Tetangga saya itu, menghapal di mana letak pintu kereta akan terbuka, lalu berdiri setiap hari di titik yang sama. Alhamdulillah saya tinggal ngintil, kecuali kalau beliau tidak masuk kerja. Hehe.. Tapi saya jadi bertanya-tanya, kenapa ya, orang lain tidak belajar dan melakukan hal yang sama?
Beberapa hari menunggu kereta yang sama, dengan orang-orang yang sama, membuat saya dan tetangga saya itu hampir hafal dengan rekan-rekan ‘seangkatan’ kami. Ya itu tadi, ‘seangkatan kaki’ melangkah masuk gerbong kereta. Kalau begini, saya tidak heran kalau ada penumpang sebuah gerbong kereta ekspress di Jakarta hubungannya cukup dekat dan sampai mengadakan arisan bergilir di rumah para anggotanya. Pada akhirnya saya juga tidak heran dengan cerita senior saya tentang temannya yang menikah dengan orang yang setiap hari menumpang kereta yang sama dengannya. *tapi saya gak ngarep ketemu jodoh di kereta kok. Hehe..
…………….
Entah ya, dari dulu saya suka dengan kereta. Saya ingat, pertama kali naik kereta ketika berusia 5 tahun, diajak sepupu yang usianya berbeda sangat jauh ke rumahnya di daerah Jakarta Kota. Saya juga ingat waktu itu menyimpan sebuah rahasia memalukan tentang yang saya lakukan di kerumunan orang di kereta ekonomi itu. ^_^
Semakin sering berinteraksi dengan kereta, adalah saat saya kuliah. Maklum kampus saya dilalui jalur kereta, sampai ada stasiun bernama Universitas Indonesia. *ahey! :D Semakin banyak juga berinteraksi dengan kawan-kawan anker (anak kereta), dari daerah Jakarta maupun Bogor.
Kalau lagi burn out (a.k.a jenuh a.k.a mumet), yang saya inginkan adalah naik kereta ekonomi dari kampus menuju Stasiun Bogor. Harus ke Bogor, karena pemandangannya tidak hanya gedung, tapi juga hijau pepohonan. Angin yang masuk ke gerbong kereta pun sejuk dan terasa lebih ringan dan bersih.
Harus pula ekonomi, karena saya senang memperhatikan manusia-manusia di dalamnya. Ada penumpang, pedagang, pengemis, pengamen... Serasa melihat ‘masyarakat’ sebenarnya.
Penumpang saja macam-macam. Ada yang cuek, ada yang rame ngobrol, ada yang antusias dengan setiap yang dijajakan para pedagang,,, ada ibu-ibu yang ngomelin anaknya terus; kasihan anaknya.. ada bapak-bapak yang ‘sayang istri sekali’; belanja terus peralatan rumah tangga seperti spon cuci piring dan alat dapur lainnya.. Yah… angkutan massal seperti kereta memang bisa memperkaya kita sebagai individu maupun bagian dari entitas sosial. Pintar-pintar saja mencari hikmah ^_^
kalo ngliat copet udah pernah???
ReplyDeletekalo saya mah di kereta biasanya baca koran, ato tidur...
kalo bapak saya baca koran tapi ga lama juga tidur...
alhamdulillah ga pernah ngeliat langsung.. tapi denger ceritanya sering..
ReplyDeletehaha... yg penting waktunya bermanfaat ya jib.. tidur juga manfaat untuk mengembalikan stamina. hehe.... *curcol juga nih aye
kereta itu emang serasa miniatur kota. di sanalah realita kehidupan tercipta. hahay..
ReplyDeletetentang rekan seangkatan, ini juga berlaku di bis yang jumlahnya sedikit. omku punya banyak kenalan via bus. mereka udah akrab gitu. bahkan sama keneknya..
btw, kalo nanti berjodoh dengan anker juga gapapa far. asal jangan walimatul usry-nya di kereta aja. :))
Pintar-pintar saja mencari hikmah ^_^ » » good view! ;)
ReplyDeletehayoooo
ReplyDelete*manggut-manggut
ReplyDeleteahahahahaaa... mahal kali ye, menyewa beberapa gerbong untuk walimah *ngaco..
ReplyDeleteiya ay, benar2 miniatur kota. kata-2mu bagus. hehe
makasih mbah guru.. ^_^v
ReplyDeletehayo kemana? *ngeles. haha
ReplyDeletehikmah itu milik orang mukmin yang hilang. Dimanapun ia menemukannya, ia berhak atasnya
ReplyDelete(kalau ga salah ini hadits) :)
sasuga --> farzukeren@gmail.com -lah
ReplyDeleteAsal jangan sampai menjadi robot aja fars. Terkadang rutinitas membunuh sisi kemanusiaan kita.
ReplyDeleteyap. kayak status ya ka? :D
ReplyDeleterobot kan ga bisa ngambil hikmah..hehe
Justru statusnya ngambil dari komen ini...
ReplyDelete*terkadang komen2 saya keren2, sehingga saya comot jadi status deh.. :) *