Semakin membuncah keinginan itu.
Aku ingin jadi guru. Ingin menginspirasi banyak orang. Aku ingin menjadi bagian dari pencerah kehidupan masyrakat, mencetak anak-anak bangsa yang bermoral dan berakhlaq mulia. Mengenalkan mereka pada ilmu, mengakrabkan mereka dengan Islam, dan membuka mata mereka pada dunia.
Aku ingin mengelilingi negeri ini hingga ke pelosok-pelosoknya. Mengenal penduduknya. Menyentuh rakyatnya seluas-luasnya. Aku ingin hidup bersama mereka, merasakan apa yang mereka rasakan, lalu membawa mereka keluar menuju kebangkitan.
Bahkan aku tidak ingat ada syarat tidak boleh menikah selama menjadi pengajar muda. Tampaknya aku akan rela menunda untuk ini. Apatah lagi sekarang belum muncul calonnya. Aku hanya ingat tentang syarat maksimal 2 tahun setelah lulus kuliah. Takut tidak terkejar. Di tempat kerja sebentar lagi (insya Allah), aku juga tidak ingin meninggalkan cap buruk untuk almamater, lulusan UI yang lagi-lagi kutu loncat, tidak loyal.
Ada, ya.. ada.. harapan itu masih (dan akan selalu) ada.
Bagaimana???
Apakah kelak aku akan punya cukup modal untuk sanggup mengunjungi pelosok-pelosok negeri ini, hidup bersama mereka, memberi sedikit pencerahan pada mereka? Bersama suamiku? Atau kami akan tinggal tidak di kota besar seperti Jakarta atau sekitarnya, melainkan kami akan tinggal di daerah demi misi mendidik masyarakat? Oh… it sounds nice…
Setelah sharing yang sangat dirindukan
dari seorang sahabat yang hebat,
Bekasi, 5 Januari 2011
No comments:
Post a Comment