Jadi ceritanya, tanggal 28,29,30 Mei 2010 yang lalu, BPH BEM UI 2009 jalan-jalan dengan tujuan utama ke Green Canyon dan Pangandaran. Untuk mengurangi cost, nginepnya di rumah uwakku (nomor 3) di Perancis (perapatan ciamis), tepatnya di Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis, yang berbatasan dengan Tasik (Rajapolah). Asumsi kami sih, meskipun di utara dan Pangandaran di selatan, karena sudah di Ciamis, yah gak jauh-jauh amat lah yaa...
Jadilah pagi-pagi, hari Jumat tanggal 28 Mei 2010 pukul 6 pagi kami sudah berkumpul di beberapa meter sebelah Universitas Pancasila, setelah malam sebelumnya para bph yang putrinya nginep di rumah Input (bph juga, tapi gak boleh ikut sama ortunya) di dekat UP. Kami sarapan, dengan nasi uduk dan risol yang telah disiapkan oleh sie. konsumsi, Wenny-kestari. Briefing, ngasih peta ke mobil sebelah, berdoa, berangkaaaatttt!! tepat pukul 06.30.
Ternyata sepagi itu tol sudah macet. Baru saja lewat Bekasi Timur, Cikarang, maccceeetttt... Kami berangkat dengan 2 mobil. Mobil pertama fasilitasnya lengkap, ada DVD, TV, dll, bagus lah yaa... diisi oleh para putri, 5 orang (aku, Ida, Wenny, Yuli, Ijo) + 1 supir (Awwab) dan 1 orang navigator (Adi), keduanya bph cowok. Sedangkan mobil sebelah, semuanya cowok, ada 5 orang (Tiko, Farid, Tebe, Fazri, Uta), dan fasilitasnya pas-pasan. Bahkan tidak ada music player. Jadilah seorang dari mobil sebelah mengirim sms ke mobil kami, "Kenapa sih perempuannya gak dibagi aja? Di sini suram banget deh". haghaghaghag....mana ada yang mau dikorbanin ke sebelah?? ;D
Shalat jumat di masjid di daerah Nagrek. Tadinya kami mau makan sekalian di sana, tapi ramaaaaii, daaann,, mahal. Maklum ongkos kami ngepas. Hehe... Ya sudah, akhirnya kubilang, "Makannya di deket rumah aja, ada kok yang enak dan murah", berdasarkan info dan ingatan dari ortuku. Okkei. Yang lain nurut sajah.
Ter.nya.ta. begitu kami sampai di rumah makan yang udah dekat rumah itu, rame juga di sana! Maklum long-weekend. Dan ternyata lagi, mahal juga bo! Aduuhhh,,, sebagai tuan rumah, gak enak banget deh sama teman-teman. Udah perjalanan jauh banget bikin pada capek, pas makan yang katanya murah ternyata mahal juga, hhmmh...
Setelah makan, kami jalan lagi. Tidak lama, begitu melewati Perancis, aku menunjuk gunung di sebelah kanan jalan dengan titik-titik rumah di kakinya, "Tuh, rumahnya di sana!" Subhanallah, di luar harapan, muka teman-teman langsung cerah dan antusias, "Waaaahh!!! Di kaki gunuuunggg????!!!!"
Memasuki jalan yang tidak lebar, dikawal oleh hijaunya areal persawahan yang berteras-teras, sejuknya angin gunung, hhmmm,,, jendela mobil langsung dibuka dan jeprat-jepret pun mulai. Oh iya, si sie.HPD, Ijo, bawa kamera SLR, jadi kami semua sedikit-sedikit belajar fotografi lah, dan di akhir keliatan deh siapa yang emang punya bakat fotografi dan yang maksa. hhe..
Apalagi begitu sampai rumah. Semua terlihat puas! Bahagia banget ngeliat kepuasan dari wajah-wajah mereka. Kami dijamu di belakang rumah, sudah ada teh, makanan, buah, wuah, pemandangan langsung khas kampung di pegunungan, empang besar-besar di hadapan, nyiur, pohon-pohon hijau, benar-benar pelepas lelah yang luar biasa. Dan ternyata, bi nani (sepupu ibuku yang menunggui rumah uwak itu) sudah menyiapkan makan siang untuk kami. Hyaaah, tau gitu kami makan di rumah ajah.. ;D karena pada kordinasi sebelumnya *halah, gaya*, aku tidak minta disiapkan makan siang hari itu...
Setelah duduk-duduk dan minum-minum (?), anak-anak mulai berkeliling. Di belakang rumah itu masih luas, selain empang yang besar, turun tangga sedikit di sebelah kanan ada sawah punya uwak juga yang banyak ikannya, warna-warni. Trus pohon-pohon singkong yang tinggi-tinggi. Di sebelah kiri ada saung buat duduk-duduk dan biasa dipakai untuk makan-makan kalau keluarga besarku mudik.
Nah. Tapi sampai saat itu belum ada yang tau tempat favoritku sejak dulu. Sungai kecil di bawahnya lagi. Aku mengajak Wenny, diikuti Adi dan Tiko. Sungai kecil yang deras, batu-batu besar, air jernih dan dingin... hmmmm... dahsyat! Si Adi bahkan nyebur dan menyebrang ke (kami menyebutnya) 'curug mini', mandi di situ. Tidak lama, Yuli dan Ida pun ikutan. Ekspresi mereka benar-benar lepas, pas, pas! Bahagia banget, ngeliatnya juga bikin bahagia, hehe...
Kami memang sudah berencana bakar ikan malam harinya. Bi Nani pun sudah menyiapkan, tinggal bakarr!! Tapi tak dinyana, ketika ikhwannya (sekarang nyebutnya ikhwan, bukan cowok, hhe) lagi shalat maghrib di masjid sebelah rumah dan akhwatnya shalat di rumah, pett! mati lampu. geellllaaaappp... Menunggu, lama ternyata. Kata Bi Nani sih biasanya ga lama kalau mati lampu.
Akhirnya ditemani dengan beberapa batang lilin yang tidak terang, kami tetap bakar ikan. Makan, humm.... tetap nikmat, meski gelap jadi agak susah misahin duri ikannya. hehe.. Dan malam itu pun hujan sangat deras. Kami hanya membicarakan rencana teknis untuk pergi besoknya, lalu masuk rumah kembali. Ada yang tidur, nonton, dan aku memilih, main catur! setelah sekian lama tidak bertemu bidak-bidak itu... Aku main 3 kali, lawan 2 orang (pertama perempuan, kedua dan ketiga laki-laki), 3-3nya aku menaaangg...hahaaa...ternyata masih bisa.
Awalnya sih aku agak sangsi ketika menjadwalkan jam 5 subuh kami berangkat. Tapi, oi lihatlah, jam 3 dini hari di luar kamar akhwat sudah ramai... ada yang shalat malam, ada yang tilawah, ada yang ngerjain skripsi...hihihihi... Jadi sadar, kalo teman-temanku itu ternyata memang benar ikhwan. hehe..
Tepat setelah subuh kami sarapan sambil nonton Aa dan Mamah. Dasar ya para ikhwan itu, mereka bukannya mendengarkan ceramah, malah sibuk mengomentari acara itu. Tentang si mamah yang ngomongnya asli betawi banget, nyablak tanpa jaim, tapi kata-katanya ngena pas ke sasaran. Atau ibu-ibu yang bertanya, yang, ah, sadar kamera sekali. Tentang, apa lagi ya? Banyak lah, lucu ternyata. Kami pun, berangkat jam 5 lebih, tidak mengecewakan lah ;D
Hhhmmhh,,, perjalanan ternyata panjang sekali saudara! Kami dari Ciamis bagian utara, menuju Ciamis bagian selatan. Kami dari pegunungan, menuju pantai dan laut nun jauh di sana. Kotornya 4 jam lah kami baru sampai Green Canyon. Ternyata eh ternyata, Green Canyon-nya mirip Kalimalang atau Sungai Cisadane yang airnya coklat T_T tidak hijau seperti biasanya.
Pengelola ternyata juga menutup area wisata karena air pasang, dan kata Wenny yang anak geografi, sepertinya ada longsor di hulu sana, jadi airnya cokelat. Keduanya karena hujan semalam yang sangat deras. Sangat, deras. Pengelola pun menyarankan orang-orang untuk 'bergeser' ke pantai batu karas. Sebelumnya, kami berfoto dulu untuk bukti, takut ditanya orang Depok pas pulang, haha, bukti kalau kami sudah pernah ke Green Canyon. Hhehe.. Ini berarti rencana ke Pangandaran juga batal, karena kemungkinan kasusnya akan sama.
Sampai di pantai batu karas, ternyata ramaaaaaiiii sekali. Sudah mupeng ingin naik banana boat, ternyata mahal sekali. Masa' 50ribu/orang. Ogah ah. Ya sudah, kami pun memutuskan untuk menggelar tikar dan membuka bekal makan siang di pinggir pantai. Mengeluarkan bakul plastik berisi nasi, rantang berisi lauk-pauk, lalap, dan sambal, hhmm,, di pinggir pantai, membuat orang-orang di sekitar kami terlihat ekspresinya sedang menelan ludah dan mendecak lidah tanda kepengen ;D
Sebelum dan sambil makan, aku sibuk menelfon saudara-saudaraku, bertanya opsi wisata yang lain. Mentok, akhirnya inget kalau di dekat rumah konon ada kolam renang yang terpisah untuk laki-laki dan perempuan. Ke sana sajalah *mulai nelangsa. Aku telfon saudaraku, katanya, sekarang kolam renang itu sudah ditutup T_T. Lagi-lagi sebagai tuan rumah, aku gak tega ngeliat anak-anak kecewa gitu. Ah, selesaikan makan dulu saja laahh...
Nah. Selesai makan, teman kami Tebe menawarkan opsi, "Eh, mau gak, ke pantai tak berpenghuni? Masuknya cuman 4ribu doang". Yang lain pun menanggapi dengan mulai semangat. Untungnya aku cukup pintar untuk bertanya, "Tak berpenghuni kok mesti bayar Be?" Eh, iyaya... Yang lain baru nyadar dan ketawa. hahahaha.
Yup. Sepakat. Kami memutar haluan kembali ke pantai tak berpenghuni. Ah, ternyata jauh juga! Eh, tapi! Kami pun mendadak bangun dan antusias ketika mulai mendekat ke lokasi. Pantainya indaaaaaahhh bangeeetttt... Semua berdecak, 'luar biasa nih si tebe'. Kami melewati Tugu Tsunami. Hm, sepertinya dari pantai itulah tsunami di sana setahun yang lalu terjadi. Bagaimana tidak 'sedikit' ngeri, sepanjang jalan banyak plang penunjuk jalan, "Jalur Evakuasi Korban", di mana-mana.
Tappi. Kami lupa tuh. Lupa ngerinya begitu turun menjejak di pantai yang kami tuju. Seperti yang tadi kubilang, indaaaaaahhhhh bangeeeeetttt.... Bersihhhh,,,, private,,,, hanya ada kami. Ombaknya tinggi-tinggiiii... batu karangnya warna-warniiii.... ah, dahsyat lah pokoknya. Subhanallaahh... Terbayar deh semua kelelahan dan kekecewaan kami sebelumnya.
Alhamdulillah ya, Allah nurunin berkahnya sangat lebat malam sebelumnya. Membuat air di Green Canyon pasang, pantai batu karas ramai, dan membawa kami ke pantai yang luar biasa itu. Ida menamakannya, "Pantai TB", karena Tebe yang membawa kami ke sana. Aku tambahkanlah, "Pantai TB; Tak Bertuan".
*Ah, sabar lah kawan, sabarlah menunggu takdir Allah. Pasti jauh lebih indah dari apa yang bisa kita bayangkan. Bukan saat ini, mungkin nanti, tidak lama lagi ^_^ *
Tak sampai sore kami di pantai itu, pulang kembali mengingat perjalanan sangat jauh. Jam 15 kami pulang, dan berhenti di sebuah masjid yang cukup besar untuk bersih-bersih, mandi, dan shalat zuhur dan ashar.
Singkat cerita, kami baru sampai rumah pukul setengah 12 malam. Bersamaan dengan uwakku yang ke-4 datang. Teman-teman yang selalu tertukar akan urutan uwak-uwakku, bergumam sedikit gurau, "Wah, uwaknya Farah dateng, kita harus pergi malam ini juga", dikiranya uwak yang punya rumah, padahal bukan. FYI, uwakku yang punya rumah itu (nomor 3) sengaja tidak datang karena takut mengganggu acara, katanya. Dan seminggu sebelumnya, beliau datang untuk survey dan memastikan semuanya siap untuk menyambut kedatanganku dan teman-teman. Terharruuuww...
Tidak pakai ba-bi-bu, kami hanya beres-beres sedikit, ngantri sikat gigi, wudhu, lalu tidur. Chapppheeekkk.... Aku pun tidur dengan berharap, 'semoga besok pagi pada bangun sepagi pagi tadi'. Karena kami harus pulang setelah subuh.
Ternyata. Aku bangun pukul 4, yang lain belum bangun! Ikhwan-ikhwannya beberapa juga baru bangun, langsung deh bergegas. Sampai pukul 05.30, masih ada beberapa orang yang belum mandi. Baiklah, aku akan ke rumah uwak nomor 5 yang juga sedang berlibur di kampung. Rumahnya tidak jauh, tidak sampai 60 langkah dari rumah tempat kami menginap. Aku datang ke sana sendirian.
Setelah bercengkerama sebentar, istri uwakku (uwakku juga lah) mengeluarkan pelet (makanan ikan), dan menyebarnya ke empang. Wuuuaaaaaa,,,, ikannya banyaaaakkk bangeeetttt.... Bessaaaarrr-besar banget. Wah. Teman-teman harus liat ini. Kutelfon seseorang di sana yang pakai indosat, kusuruh mereka datang dengan yang lain yang sudah siap.
Kupikir hanya sedikit, ternyata hampir semua datang. Mereka berkenalan dengan uwakku, lalu tertakjub dengan ikan-ikan tadi. Berebut meraup pelet dan menyebarnya ke empang. Di bawah ternyata ada lagi empang yang sangat besar, isinya bawal, banyaaaaaaaaakkk banget. Wuah pokoknya heboh deh. Bahkan ada yang berbisik padaku, berkomentar tentang uwak yang ini, "Farah, uwak lo ganteng banget!" Ahahahahaha,,, uwak yang ini memang uwak paling asoy dan paling tampan yang kupunya. Dan di jalan pulang, uwak tersebut masih saja dibicarakan, diberi nama, Ugan, Uwak Ganteng. Hhahahahaa..
Niatnya sih pulang ba'da subuh dari rumah. Tapi nyatanya kami baru pulang jam setengah tujuh. ;D Mobil sebelah pulang duluan karena mobilnya ditunggu sama yang punya *fyi, kami minjem, hehe... Sedangkan mobil kami para putri, masih berkelana lagi nyari oleh-oleh ke Rajapolah. Hadeuhhadeuh, dasar ya ibu-ibu, belanja dan foto-fotonya sama lamanya! Si Awwab dan Adi sampai bete nungguin di mobil, mengklakson berkali-kali, "Wooooy, pulang woooy,,, macet woooooyyy....!"
Okkelah. Kami baru jalan dari Rajapolah pukul 09.00. Ahahahahaaa...yang penting semua senang. Di tengah kemacetan jalan, kami pun masih sempat menepi, membeli oleh-oleh makanan (di Rajapolah itu sentra kerajinan). Jalan lagi, sebelum masuk tol Purbaleunyi, kami mencari baksoooo....!!! Akhirnya nemu bakso yang lumayan bisa dipercaya, lumayan enak, dan yang terpenting murrah. haha, dasar. Ketika kami sampai di kios bakso itu, ada kecelakaan, bapak-bapak ditabrak motor. Berdarah-darah. Kami yang melihat, Awwab yang bertanya pada kami, "Ada yang bawa obat gak?" "Bawa!", jawabku, Wenny, dan Adi. *Lengkap cuy. Kami bertiga langsung berlari ke mobil, membawa kotak obat masing-masing. Alhamdulillah bapak itu tidak terlalu parah.
Alhamdulillah selamat semua, dan semua senaaanggg!!! Uwah, bahagia banget deh rasanya bisa mengajak teman-teman tercinta ke kampung (mamah)ku yang indah...
Baca Juga: Keluarga Dakwah; Berurat-Berakar
kalo ke ciamis, pake parfum yg banyak ya...dan bawa pewangi ruangan yg banyak juga...biar gk amis...
ReplyDelete:D
*bcanda doank farah...
hhhaahh... andai lo tau artinya mip... lo pasti akan sering bolak-balik jakarta-ciamis. karena ci = cai, artinya air.
ReplyDeletedan amis itu artinya manis.
jadi artinya ciamis itu 'air yang manis'. gimana, tertarik ke sana buat nyebur, biar berubah jadi manis?
;D
farah ke ciamis gag ngajak-ngajak...
ReplyDeletepadahal pengen liat pantai TB nyaaa...
>_<
yeeii,, aku aja ketemu pantai TB karena insiden ditutupnya green canyon dan teramat sangat ramainya pantai batu karas.. ;D
ReplyDeleteiya, ntar diajak. cari aja barengannya yang lain. tapi, ongkos ditanggung masing-masing yak. haghaghag...
iyaaaa...
ReplyDeleteasiiikkk...
>_<
kamu kenapa sih merem-merem melulu ekspresinya? ;D
ReplyDelete*eh, udah nemu tuh tulisan jadulku. ku link via PM