“….Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri…” (QS: Ar-Ra’d: 11)
Konon, di tahun 1970-an, seorang pejabat Korea Selatan datang berkunjung ke Indonesia , tepatnya ke Aceh, dan masuk ke dalam masjid Baiturrahman (yang masih tegak berdiri ketika tsunami menghantam itu lhoo..). Dinding masjid besar itu berukir kaligrafi-kaligrafi yang indah. Pejabat Korea Selatan itu ingin tahu, “Apa itu?” Kemudian dijelaskan bahwa itu adalah potongan ayat Al-Qur’an. “Apa artinya?” tanya sang pejabat lagi. Ternyata arti ayat Al-Qur’an di kaligrafi itu adalah ayat 11 dari surat Ar-Ra’d.
Si pejabat sangat terkesan dengan ayat Al-Qur’an itu. Saya tidak tahu apakah pada akhirnya ia masuk Islam, namun ayat itu begitu memotivasinya. Sepulangnya ke negerinya, ia menggunakan ayat itu untuk menciptakan semangat membangun pada masyarakatnya. Potongan ayat itu dijadikan jargon pembangunannya!
Dan hasilnya, kita bisa lihat seperti apa kemajuan Korea Selatan kini.
Sobat, kalau kita perhatikan lebih jauh ayat ini, bisa kita tarik kesimpulan bahwa Allah menghendaki adanya usaha kita untuk berubah. Kemauan kita untuk bangkit. Maka jangan heran bila ada orang yang hanya merutuki ‘di manakah Tuhan yang katanya pemurah’ untuk memberinya rizki, meluluskannya ujian, mengubah takdirnya menjadi lebih baik, tanpa usaha keras, maka takdirnya tidak akan berubah. Pernah dengar sebuah quote, “Usaha tanpa doa; sombong. Doa tanpa usaha; bohong” ? Yah, kira-kira seperti itu lah.
Karna Allah menghendaki kita untuk banyak punya pahala di hari akhir kelak. Melalui usaha-usaha kita untuk mengubah takdir kita. Usaha-usaha kita untuk menjadi lebih baik. Maka Allah menghendaki kita “berproses”.
Bila kita perhatikan lebih lanjut ayat ini secara keseluruhan, Allah memulai potongan ayat ini dengan ‘keadaan kaum’. Tapi coba perhatikan lagi, di akhir Allah menutup dengan ‘keadaan DIRI mereka sendiri’. Pertama, bahwa perubahan itu butuh usaha aktif dari agen-agen pengubahnya. Kedua, bahwa perubahan yang besar (kaum) harus dimulai dari perubahan yang kecil (diri). Artinya, bila kita ingin mengubah dunia, atau masyarakat, atau almamater kita, atau bahkan keluarga kita, maka mulailah dengan mengubah diri kita sendiri.
Naah, sobat, inginkah kita menjadi orang yang bermanfaat dengan melakukan perubahan yang baik? Untuk almamater kita misalnya yang telah banyak memberikan hal berharga untuk kita (ilmu, sahabat, guru-guru, kenangan, etc), apa yang bisa kita sumbangsihkan, minimal sebagai balasan? Mungkin tidak serta-merta kita bisa menyumbang dana dalam jumlah besar untuk renovasi dan memperbagus bangunan fisiknya. Atau kontribusi secara kontinu untuk pengembangan diri siswa-siswanya. Lalu apa?
Sobat, percaya deh, kita tetap bisa berkontribusi dengan mengharumkan nama baik almamater kita. Dengan prestasi-prestasi kita.
Kadang kita cukup hanya dengan meningkatkan prestasi yang sudah ada. Atau memperbaiki yang salah. Menambah yang kurang-kurang. Menambal yang bolong… Tapi kadang kita dihadapkan pada ladang pahala yang lebih besar: memulai semuanya.
Dengan memulai yang sebelumnya tiada, memang tidak mudah. Tapi bisa. Orang-orang yang memulai kebaikan dan membuat hentakan-hentakan sejarah dengan mengukir prestasi, bukanlah orang-orang biasa. Maka jadilah orang yang luar biasa. Untuk berkontribusi lebih bagi almamater kita. Bagi bangsa kita. Dimulai dari diri sendiri.
“Orang kecil hanya hidup untuk dirinya sendiri
dan mati sebagai orang kecil.
Sebaliknya, orang besar hidup untuk memberi sebanyak-banyaknya pada orang lain,
dan tidak akan pernah mati selamanya”
(Sayyid Quthb)
Untuk adik-adikku yang
akan menempuh Ujian Nasional,
Depok, 8 April 2009
subhanallah Far
ReplyDeleteaku tercambuk nih utk maju dan terus maju
jzk :)
Makasi ka =)
ReplyDeletebukan konon tapi emang fakta ada di biografinya Park Jung He, presiden korea Selatan dari 1963-1979, presiden yang melahirkan "keajaiban Sungai Han" korea selatan, berkat dialah cikal bakal Korean Wave ! oh, iya sedikit koreksi tepatnya bukan 1980 tapi 1972
ReplyDeletefarah...
ReplyDeleteluv u so much dah..
ai likes this blog!
oh oke.. aku edit yaa... makasi banyak masukannya!!
ReplyDeletesederhana amat penyebab kemajuan korea? kayanya baca kaligrafi doang gak segitunya deh bisa ngerubah orang apalagi bangsa.
ReplyDeletebukan cuman karena itu wo, tapi inspirasinya
ReplyDeletesaya pernah nulis tentang kejadian ini dan proses2 kemajuan yang dialami korea selatan karena hal ini, sayang softcopynya dah ilang.
ReplyDeleteYap, Allah Menghendaki kita semua untuk "berproses" karena penciptaan semesta inipun melalui "proses"..
ReplyDeleteBtw, knp kudu pake tanda petik ya fars?
maksudnya untuk penekanan, ka ims... tolong dong,, nyari-nyari celah ngeledek aja... hehe,, piss!!
ReplyDeleteternyata!! dirimu anak sastra korea ya bung??!! pantesan... hee,, piss!!
ReplyDeletewah sayang banget udah ilang. di memori otak masih ada gak?? tulis lagi dong
bukan karna baca kaligrafi bung.. tapi makna ayatnya.
ReplyDeletebandingin dengan yang tiap hari baca Qur'an... jangankan mengubah bangsa, perubahan diri sendiri... jadi malu
hm...
ReplyDeletepercaya fars... percaya...
Hwahahaha...