Satu hal yang paling kukhawatirkan menjadi panitia kurban tiap tahun: keadilan. Katakanlah sapi 1 dijadikan 200 bungkus daging, atau 220 bila sapinya besar. Nah, aku takut tidak reliabel karena penghitungannya tidak menggunakan alat ukur yang ajeg (timbangan), melainkan diukur dengan mata dan hati (tidak selalu menjadi mata hati kan?). “Yak, sapi 1 200!” bergeraklah kami membuat 20 baris ke samping dan 10 baris ke belakang. Dibagi seadil mungkin pada tiap-tiap gundukan daging-daging itu.
Satu hal yang paling seru dalam bekerja jadi panitia kurban tiap tahun: adalah ketika seseorang telah berteriak, “Bungkus!!” yang diikuti oleh teriakan yang lain untuk meramaikan. Beberapa orang yang beristirahat sambil membuka-buka kantong plastik untuk memudahkan pembungkusan, langsung menyebar kantong-kantong itu,, diikuti dengan liarnya panitia yang lain (kebanyakan remaja putri, gadis-gadis yang sudah lewat dari remaja seperti aku dan beberapa teman, dan ibu-ibu) membungkusi daging-daging, mengikat, dan melemparnya ke satu arah yang pasti. Dengan berebut! Seru deh! Tak jarang beberapa panitia menarik plastik kosong yang sama, karena “crowded”-nya saat itu. Seru. Rebutan. Tertawa.
Satu hal yang tidak boleh lagi kulupakan dalam menjadi panitia kurban tahun depan: lepas cincin dari rumah! Kalau tidak, pasti darah-darah hewan itu akan nempel dan sangat sulit membersihkannya. Dan bodohnya, tahun ini aku lupa lagi!
Satu mata pelajaran yang selalu kami pelajari kembali saat jadi panitia kurban: biologi. Mencoba mengenali organ-organ dalam hewan yang masih utuh maupun yang telah tercabik-cabik oleh pisau dan golok panitia tim cacah-cincang (yang ini remaja putra, pria-pria dewasa muda awal seumurku, tukang becak, abang-abang, dan bapak-bapak).
Satu orang yang selalu mengagetkanku dengan bagian-bagian “aneh” hewan kurban: Mang Y…i! Selalu deh! Kadang dengan ekor sapi yang full rambut dan panjang (mengerikan), kadang dengan “organ-organ tertentu” yang menjijikkan, kadang dengan,,, banyak lah.
Satu hal paling menyebalkan untukku setiap jadi panitia kurban: asap rokok.
Satu hal yang paling terabaikan saat jadi panitia kurban: handphone
Satu hal yang selalu ada namun selalu berganti di panitia kurban setiap tahun: seragam panitia. Kali ini kaos hitam, bersablon, bagus. Tahun lalu merah. Tahun kemarinnya lagi biru dongker.
Satu hal yang dibolehkan khusus untukku tapi tidak yang lain: memakai sandal di antara barisan daging-daging saat yang lain bertelanjang kaki. Hihi, makanya pakai kaos kaki…
Satu hal yang paling dinikmati oleh para ABG putri yang jadi panitia kurban: mejeng, serasa selebritis setahun sekali. Saat kami bekerja, orang-orang yang berharap daging kurban telah berjejer sejak siang di luar pagar tali yang dibuat panitia untuk ketertiban. Dan mereka memandang terus ke arah kami (walaupun yang lebih masuk akal mereka memandangi daging-daging itu, bukan kami).
Satu hal yang paling “mengganggu pikiranku” saat jadi panitia kurban tahun ini: penghitungan suara BEM UI. Haduh, entah, gelisah bangetzzs!!
Satu hal paling istimewa dalam kegiatan kurban tiap tahun: kumpul dengan teman-teman se-komplek! Setahun sekali nih…
Satu hikmah abadi dalam kegiatan kurban tiap tahun: kesyukuran. Alhamdulillah.
satu hal yang bise gue komenin, met idul adha yeee ... lebaran sate ...
ReplyDeleteiye, sama-sama yee,,
ReplyDeletehehehee,, nyampe kosan pagi ini dikasi semur daging kambing ama ibu kos =)
... siap2 aje sakit gigi ...
ReplyDeletehi hi hi ..
ohhh.. keren ya jd panitia kurban... pengennn
ReplyDeletenemu temen senasib!
ReplyDeletesenangnya!!!!
*untung jd kord, jd nggak terlalu liatin pembagian sapi
hehe...........
wooo....dyas...!!!
ReplyDeleteKru: "lapor bu ada yang magabut waktu potong sapi kemaren!"
PO: "Siapa?"
Kru: "ibu sendiri!" (sambil menunjuk dyas selaku Po qurban rumbel kemaren)
he'he'he'....
magabut itu apa, ra???
ReplyDeletemagabut,, emangnya digaji??
ReplyDeletema-ambut kali ra..
kalo satu hal dari ana tahun ini....ga bisa hadir acara potong kambingnya.......
ReplyDeletegara-gara pemira.....GRrrrrr
Syukur karena gak jadi korban y far?
ReplyDeleteHe2..
gapapa bang..
ReplyDeletetapi kebagian dagingnya kan? hehehe..
btw, ada yg mulai menggunakan animasi nih.. ciee bang Dody.. hi-tech.. ;p
Kalau di sini dagingnya ditimbang, Kak..
ReplyDeleteKenapa dagingnya ngga ditimbang?
whuaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa....sama2.... sehari jadi tukang jagal merangkap tukang daging!! ohohohohh
ReplyDeleteasiiiikkkkkkkk
GA DAPET JUGA!!!!
ReplyDeletekasiaaannnn...
ReplyDeletebang Dody, di rumah saya masih ada..
mau?
kasiaaannnn...
ReplyDeletebang Dody, di rumah saya masih ada..
mau?
Udah ga usah.....ana tidak butuh belas kasihan dari orang lain
ReplyDeletek'dody jangan ngambek gitu dong,,, hehe,,
ReplyDeleteiye nih, alhamdulillah Allah mengganti Ismail dengan domba untuk disembelih (dasarkaimaaan)
oohh yaudahh..
ReplyDeletepadahal udah mau saya bawain dlm bentuk mateng lho (baca: sate & sop).. hehe.. ;p