*enak ya, jadi observer*
Berawal dari kedatangan telat-ku di kelas pelatihan hari ini, Senin 10 November 2008. Yaaahh, 5 menit saja,, ngerasain juga akhirnya duduk di parking lot. Jadi observer. Tidak punya hak bicara. Alhamdulilah, pendengaran tidak perlu diatur haknya.
Jadi observer. Meski kadang gatal untuk bicara, tapi aku merasakan keadaan psikologis yang sangaaaaaatt nyaman. Tak ada sedikitpun ancaman ataupun ketakutan. Juga tidak perlu merasa bersalah jika salah menjawab atau berpendapat. Atau ketika tidak tau sama sekali tentang jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan dosen. Nyaman,, Sebenar-benar nyaman.
Tapi…aku tidak bisa mendapat sebanyak yang teman-teman lain dapatkan jika datang tepat waktu. Ilmu. Yeah, pelajaran. Soft skills. Kekuatan mental. Kelapangan dada. Sabar. Pengetahuan yang lebih mendalam dan komprehensif. Dan keterjagaan (keaktifan menghindarkan kita dari ngantuk, hehe..).
Tapi (lagi), kondisi itu tidak nyaman! Itu sebabnya, sebagian besar peserta ajar (siswa, mahasiswa, hingga mutarabbi) menunduk dan menghindari tatapan pengajar ketika pertanyaannya terlontar. Sekali lagi, tidak nyaman. Dulu, aku yang belum tau “hukum umum” itu terjebak mata dosen karena tidak ikut menunduk saat dosen bertanya. Jadilah aku yang tatapannya “tertangkap” harus menjawab pertanyaan yang sesungguhnya aku sama sekali tidak tau jawabannya.
Hhmm,, jadi ingat. Dulu waktu "kecil", waktu masih di legislatif mahasiswa fakultas, aku mendapat banyak sekali pelajaran tentang ini. Di fakultas (duh, malu nih mau ngaku) aku selalu uring-uringan.. Kalo lagi kesel sama POMDA atau bendum2 senat yang tentu saja tidak sebaik seperti sekarang terhadap bendum MPM, aku selalu melarikan diri menemui partner kerjaku yang lain: Emi, bendum FUSI. Haha, lucu rasanya. Kalo ada Mba Mira sang ketua BPM, p[ada beliau lah aku menumpahkan segalanya.
Hingga akhirnya aku menemukan hal yang sangat menyenangkan. "Bermain-main" di tingkat UI. JAdi PJ Humas Pokja Pemilihan Rektor UI. Hwaaaa,,, aku baru benar-benar merasakan kenyamanan itu. Meski capek, tapi senang. Nyaman. Dan gerakku pun lebih sempurna (jauh lebih baik lah,,).
Nah, setelah Pokja Pilrek berakhir dan aku menemukan bahwa "UI" itu menyenangkan,, setiap kali burn out dengan kerjaan di fakultas, aku melarikan diri. Bukan mencari orang lain. Tapi mencari fakultas lain (Haha,, kalo ingat payah banget dehh) yang membuatku nyaman. Biasanya aku "nongkrong" di mushola FKM. Menikmati nyamannya mushola indah itu sambil bermimpi fakultasku memiliki mushola serupa, Bertemu teman-teman yang luar biasa ramah dan menyenangkan sangat... Menyenangkan sekali...
Tapi lama kelamaan, kupikir aku tidak bisa terus seperti itu. Lambat laun aku "semakin besar" dan menyadari, bahwa aku harus kuat di setiap situasi. Meski di legisltif dulu aku "digampar-gampar" ke sana kemari, lantas "kabur" menyelamatkan diri, kupikir, sudah saatnya aku dewasa. Berani menghadapi semua yang ada di hadapanku. Toh, semuanya juga pilihanku.
Pilihanku untuk belajar lebih banyak di sana. Untuk lebih kuat dari yang lain. Pilihan untuk bertumbuh dengan optimal dan menjadi pribadi (dan kader da'wah) "tahan banting". Meski sulit, tapi pasti bisa! Kadang orang yang "mau" lebih bermanfaat daripada orang yang "mampu" (kata-kata indah penyemangat dari Cune). Bahwa, seperti pada cerita awalku di atas, tidak akan banyak yang bisa didapat bila kita terus berada dalam zona nyaman kita.
Nah,, setelah kujalani dan kurenungkan kembali,,, Rasanya aku akan lelah kalau keluar dari zona nyamanku untuk menjalankan amanah-amanah ini. SAmpai kapan? Berharap "medan"-ku akan berubah? Kapan?? Akhirnyaaa... Kuputuskan bahwa aku tidak akan keluar dari zona nyamanku. Tapi aku akan belajar untuk meluaskan zona nyaman itu. Jadi apapun kondisinya, aku bisa terbiasa untuk nyaman, sekeras apapun, dan bekerja seoptimal saat aku merasa benar-benar nyaman.
Yaaah, itulah mungkin, ladang amal yang Allah sediakan untukku. Ya Allah, luluskanlah hamba dhaif-Mu ini dalam ujian keimanan indah ini...
***
Teman, kita tidak akan bisa berkembang lebih baik bila terus berada di zona nyaman kita. Seperti teori 3 steps model dari Lewin, seseorang yang berada dalam kondisi “freeze” harus mengalami disekuilibrium untuk dapat moving/change, unfreeze…lalu refreeze, dengan tingkah laku baru yang lebih adaptif (haduh, maaf, gara-gara lagi kuliah Pelatihan)
Teman, kita tidak akan bisa berkembang lebih baik bila terus berada di zona nyaman kita. Seperti teori 3 steps model dari Lewin, seseorang yang berada dalam kondisi “freeze” harus mengalami disekuilibrium untuk dapat moving/change, unfreeze…lalu refreeze, dengan tingkah laku baru yang lebih adaptif (haduh, maaf, gara-gara lagi kuliah Pelatihan)
Depok, 10 November 2008
wah panjang ni..
ReplyDeleteberhenti sejenak di zona nyaman..
ReplyDelete*sering*
saran: buatlah pembaca untuk tidak lelah membaca
ReplyDeletemisal, dalam satu baris tidak terlalu banyak kalimat
supaya pergerakan mata pembaca tidak lelah
moga bermanfaat
duh, gara2 telat ya... awas nanti disuruh push up ama dosen (bercanda, cuma di PTK kali...)
ReplyDeletesetuju... mahasiswa gak sharusnya mencari zona aman, krn masih punya idalisme dan mimpi...
ehem...kayaknya akrab bgt nih ama ni teori...
ReplyDeletehehe...
Bahkan seorang petualang zona pun membutuhkan sebuah zona nyaman yang selalu ada ketika dibutuhkan..
ReplyDeleteKeluarga..
hahahahahahahha,,, k iman,,, udah "demam" ya ka???
ReplyDeletesepakat..
ReplyDeletebiar nyaman kite bacanya.. hehehe.. ;)
kedewasaan memang butuh proses, butuh waktu..tak bisa dipaksakan
ReplyDeleteHahahaha...
ReplyDeleteSotoy niy farah..
trus kapankah kita tau kalo kita sudah dewasa? *tak tau jawabnya..
ReplyDeletedewasa itu emang apa sih?!
ReplyDeleteho'oh.. aku juga blum tau.. apa sih yaa? *bingung
ReplyDeletemari kita sama sama tanyakan pada rumput yang bergoyang..
ReplyDeleteyah rumputnya gag ada yang bergoyang..
ada juga monyet yang lagi joget..
bukan joged itu mah, tapi muter2 kaya gasing.. heheh.. :p
ReplyDeleteeh iya salah..
ReplyDeleteini baru joget!!
yo semua,,tangan di atas!!
aduh..aduh..gag bisa joged. lagi enchoque
ReplyDeleteya ampyunnnn,,, kenapa jadi pada joget2 siihh?? mau tau apa artinya dewasa? klik http://farahzu.multiply.com/journal/item/31/Sahabat_Beri_tahu_Aku_Apa_Artinya_Dewasa_PART_I dan http://farahzu.multiply.com/journal/item/32/Sahabat_Beri_tahu_Aku_Apa_Artinya_Dewasa_PART_II
ReplyDeletekalo gag bisa joged,,
ReplyDeletelebih baik minum minum saja..
hoho!!
males ah!!
ReplyDelete*siulsiulpurapuragagbaca